Akhir Desember 2019,
China dihebohkan oleh satu virus yang melanda negerinya, sehingga penduduk Hunan
yang merupakan bagian dari Propinsi Hubei pada saat itu di dinyatakan Tempat
terisolasi.
Ternyata tidak
berhenti begitu saja, pelancong yang mengunjungi Hunan pun terkapar oleh virus
corona 2019, sehingga sekembalinya kenegeri mereka virus ini berjangkit ke
penduduk lainnya.
Pandangan Islam Dalam Menghadapi Musibah Wabah Pandemi Covid-19
Apa sih sebenarnya
virus Corona ini ?
Dibanyak tulisan di blogger dinyatakan Virus
Corona adalah jenis virus dari famili Coronaviridae yang bisa
menginfeksi sistem pernapasan baik manusia maupun hewan. Kendati demikian,
virus ini lebih banyak ditemukan pada hewan. Virus Corona pertama kali
teridentifikasi pada periode 1960-an. Diberi nama Corona oleh karena struktur
tubuhnya yang tampak menyerupai mahkota.
Secara umum, virus Corona atau Coronavirus terdiri
dari 4 subtipe yakni alpha, beta, gamma, dan delta yang
mana keempat subtipe tersebut dibagi lagi menjadi 7 (tujuh) jenis virus,
yaitu:
·
229E
·
NL63
·
OC43
·
HKU1
·
MERS-CoV (Penyebab
penyakit Middle East Respiratory Syndrome, atau MERS) Penyakit yang pertama kali
muncul di negara Arab Saudi dan sejumlah negara Timur Tengah lainnya (itu
sebabnya penyakit ini dinamai MERS) pada tahun 2012 tersebut—sebagaimana
dilansir dari WebMD—telah menyebabkan 858 orang
meninggal dunia.
·
SARS-CoV
(Penyebab penyakit Severe Acute Respiratory Syndrome, atau
SARS) penyakit
ini telah memakan banyak korban jiwa, tepatnya 774 orang dari berbagai negara
di Asia, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Eropa. Wabah penyakit SARS baru
dinyatakan berakhir pada tahun 2015, berdasarkan tidak adanya laporan kasus
yang diterima.
·
2019-nCoV
atau disebut juga Wuhan Coronavirus. Badan Kesehatan Dunia WHO
selanjutnya memberi nama virus ini novel Coronavirus (2019-nCoV). Jenis Coronavirus terakhir
inilah yang kini sedang menjadi kekhawatiran warga dunia. Pelaporan wabah Virus
Corona 2019-nCoV—disebut juga virus Corona ‘baru’—pertama kali diterima oleh
WHO pada 31 Desember 2019. Lokasinya ada di negara China, tepatnya di kota
Wuhan yang merupakan bagian dari provinsi Hubei. Kendati demikian, mengutip
dari Sky
News, WHO sendiri sampai saat ini belum memberikan status
penyakit global (pandemik) pada wabah tersebut.
Nah bagaimana gejalanya,
penularannya, dan pencegahannya banyak dong ditulis oleh kawan-kawan di blogger, bahkan dalam berbagai himbauan yang dibuat
oleh Pemerintah Indonesia, Propinsi, dan Kabupaten terutama dari Dinas
Kesehatan dong….
Untuk kali ini saya postingkan
bagaimana sikap Umat Islam dalam menghadapi wabah seperti ini, mari kita
dengarkan nasehat Syaikh
Prof. Dr. ‘Abdurrazaq Al-Badr, seorang guru besar di
Universitas Islam Madinah dan pengajar di Masjid Nabawi memberikan nasihat
bagaimana seharusnya kita bersikap sebagai seorang mukmin menghadapi virus
corona ini
Sikap yang pertama
kita harus bertawakal kepada Allah, ingatlah segala
sesuatu terjadi karena kuasa Allah dan sudah menjadi takdir-Nya. Allah SWT
berfirman dalam Surat At-Taghabun ayat 11 :
مَا
أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ
قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya: “Tidak ada suatu musibah pun yang
menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.”
Dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
وَاعْلَمْ
أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ
يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى
أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ
يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ
وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
Artinya: “Ketahuilah apabila semua umat
berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak
bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah
tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka pun berkumpul untuk menimpakan bahaya
kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak dapat membahayakanmu kecuali dengan
sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena-pena (pencatat takdir) telah
diangkat dan lembaran-lembaran (catatan takdir) telah kering.” (HR.
Tirmidzi, dan ia berkata bahwa hadits ini hasan shahih).
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu
‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَتَبَ
اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ
بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Artinya: “Allah telah mencatat takdir setiap
makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR.
Muslim, no. 2653)
Dalam hadits lainnya juga disebutkan,
إِنَّ
أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ اكْتُبْ. فَقَالَ مَا أَكْتُبُ
قَالَ اكْتُبِ الْقَدَرَ مَا كَانَ وَمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى الأَبَدِ
Artinya: “Sesungguhnya awal yang Allah
ciptakan (setelah ‘arsy, air dan angin) adalah qalam (pena), kemudian Allah
berfirman, ‘Tulislah.’ Pena berkata, ‘Apa yang harus aku tulis.’ Allah
berfirman, ‘Tulislah takdir berbagai kejadian dan yang terjadi selamanya.’” (HR.
Tirmidzi, no. 2155. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Sikap yang kedua
Selalu menjaga aturan Allah Ta'ala. Ingatlah jika
kita selalu menjaga aturan Allah dengan memperhatikan perintah dan menjauhi
larangan-Nya, pastilah Allah akan menjaga kita pula.
Dalam nasihat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam kepada Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma disebutkan,
احْفَظِ
اللهَ يَحْفَظْكَ،
Artinya: “Jagalah Allah, niscaya Allah akan
menjagamu.” (HR. Tirmidzi, no. 2516; Ahmad, 1:293; Al-Hakim dalam
Al-Mustadrak, 14:408. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini
hasan).
Sikap Yang ketiga
Kita harus mengingat keadaan seorang mukmin antara
bersyukur dan bersabar.
Dari Shuhaib, ia berkata bahwa Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَجَبًا
لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ
لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ
أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Artinya: “Sungguh menakjubkan keadaan seorang
mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada
seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik
baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR.
Muslim, no. 2999)
Sikap yang keempat
Kita harus melakukan ikhtiar dan sebab. Lakukanlah
sebab dan juga lakukan berbagai upaya untuk mengobati penyakit. Berobat dan
mencari sebab bukan hal yang bertentangan dengan tawakal.
Dalam hadits disebutkan tentang khasiat buah kurma,
مَنْ
تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ
وَلاَ سِحْرٌ
Artinya: “Barangsiapa di pagi hari memakan
tujuh butir kurma ajwa, maka ia tidak akan terkena racun dan sihir pada hari
itu.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 5779 dan Muslim no.
2047).
Untuk menghadapi wabah ataupun penyakit, Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan dalam hadits dari Usamah
bin Zaid radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda,
إِذَا
سَمِعْتُمُ الطَّاعُونَ بِأَرْضٍ، فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأرْضٍ،
وأنْتُمْ فِيهَا، فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا. متفق عَلَيْهِ
Artinya: “Apabila kalian mendengar wabah
tha’un melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila
penyakit itu melanda suatu negeri sedang kalian ada di dalamnya, maka janganlah
kalian keluar dari negeri itu.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Sikap Yang kelima
Kita harus memperkuat diri dengan dzikir, terutama
dzikir pagi dan petang.
Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا
مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ فِي صَبَاحِ كُلِّ يَوْمٍ وَمَسَاءِ كُلِّ لَيْلَةٍ : بِسْمِ
اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ
وَهُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ ، ثَلاثَ مَرَّاتٍ ، إِلاَّ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ
Artinya: “Tidaklah seorang hamba mengucapkan
setiap pagi dari setiap harinya dan setiap petang dari setiap malamnya kalimat:
BISMILLAHILLADZI LAA YADHURRU MA’ASMIHI SYAI-UN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMAA’ WA
HUWAS SAMII’UL ‘ALIIM (dengan nama Allah Yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu
pun yang membahayakan di bumi dan tidak juga di langit, dan Dialah Yang Maha
Mendegar lagi Maha Mengetahui) sebanyak tiga kali, maka tidak aka nada apa pun yang
membahayakannya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi. Tirmidzi mengatakan
bahwa hadits ini hasan shahih). [HR. Abu Daud, no. 5088; Tirmidzi, no. 3388;
Ibnu Majah, no. 3388. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini
hasan].
Disebutkan juga dalam hadits dari Abu Mas’ud
Al-Badri radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
Artinya: “Siapa yang membaca dua ayat
terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR.
Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808)
Ukhti cukup
baca dua ayat saja, kita sudah diberikan nikmat yang luar biasa, Masya Allah.
Oleh karena itu, mulai saat ini marilah kita mengamalkan ayat berikut,
ءَامَنَ
ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ
ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ
بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِۦ ۚ وَقَالُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ
رَبَّنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ
Artinya: "Rasul telah beriman kepada Al
Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang
beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya
dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka
mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa):
"Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali". (QS. Al-Baqarah Ayat 285-286)
Selain itu, juga ada anjuran untuk membaca surah
Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan juga An-Naas.
وَعَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ خُبَيْبٍ – بِضَمِّ الخَاءِ المُعْجَمَةِ – – رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ – قَالَ : قَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – :
(( اقْرَأْ : قُلْ هُوَ اللهُ أحَدٌ ، والمُعَوِّذَتَيْنِ حِيْنَ تُمْسِي وَحِينَ
تُصْبحُ ، ثَلاثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ )) . رَوَاهُ أَبُو
دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِي ، وَقاَلَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.
Artinya: ‘Abdullah bin Khubaib (dengan
mendhammahkan kha’ mu’jamah) radhiyallahu ‘anhu, berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, ‘Bacalah: Qul huwallahu ahad
(surah Al-Ikhlash) dan Al-Mu’awwidzatain (surah Al-Falaq dan An-Naas) saat
petang dan pagi hari sebanyak tiga kali, maka itu mencukupkanmu dari segala
sesuatunya.” (HR. Abu Daud, no. 5082 dan Tirmidzi, no. 3575.
Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).
Ada satu doa yang mengandung permohonan perlindungan
secara sempurna dari berbagai mara bahaya, baca doa ini satu kali ketika pagi
dan petang:
اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ،
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ
وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ
احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ
شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ
تَحْتِيْ
ALLAHUMMA INNII AS-ALUKAL ‘AFWA WAL ‘AAFIYAH FID
DUNYAA WAL AAKHIROH. ALLAHUMMA INNII AS-ALUKAL ‘AFWA WAL ‘AAFIYAH FII DIINII WA
DUN-YAYA WA AHLII WA MAALII. ALLAHUMAS-TUR ‘AWROOTII WA AAMIN ROW’AATII.
ALLAHUMMAHFAZH-NII MIM BAYNI YADAYYA WA MIN KHOLFII WA ‘AN YAMIINII WA ‘AN
SYIMAALII WA MIN FAWQII WA A’UDZU BI ‘AZHOMATIK AN UGHTALA MIN TAHTII.
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon
kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku
memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya
Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan
tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka,
belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku
tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan lain-lain
yang membuat aku jatuh).” (HR. Abu Daud no. 5074 dan Ibnu Majah no.
3871. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Sikap Yang keenam
Jangan mudah percaya berita HOAX, pintar-pintarlah
dalam menyaring berita.
Salah satu hoax yang beredar menyatakan bahwa kurma
harus dicuci bersih terlebih dahulu karena mengandung virus corona yang berasal
dari kelelawar. Ini adalah info yang tidak benar.
Sebagai seorang muslim, kita harus pandai-pandai
menyikapi berita dengan cara mengeceknya terlebih dahulu, Allah Ta'ala
berfirman di dalam Surat Al Hujurat ayat 6 : ,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ
تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti
agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Sikap yang
ketujuh
Bersabar . Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ , الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم
مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ .
أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ
الْمُهْتَدُونَ
Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan
cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa
dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (segala sesuatu milik Allah dan kembali
kepada Allah). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat
dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.
Al-Baqarah: 155-157).
Ingatlah bahwa musibah yang paling besar adalah
musibah yang menimpa agama, bukan musibah dunia.
Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam
‘Syuabul-Iman’, dari Syuraih Al-Qadhi rahimahullah ia berkata,
“Sesungguhnya aku ditimpa musibah dan aku memuji kepada Allah karena empat hal:
- Aku memuji Allah atas ujian yang tidak lebih besar dari yang
menimpa ini.
- Aku memuji Allah tatkala aku diberikan kesabaran atasnya.
- Aku memuji Allah karena diberikan taufik mengucapkan kalimat
Istirja’ (inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un) hingga mengapai pahalanya.
- Aku memuji Allah karena musibah yang menimpaku bukan musibah
dalam agamaku.”
Bersikap sabar dan tawakkal adalah jalan terbaik
untuk saat ini dan kita berdo’a karena
Allah SWT yang mendatangkan penyakitnya maka semoga Allah pula cepat
mendatangkan obatnya.