Basren Blog. Fadhalah bin ‘Ubaid r.a adalah salah seorang
sahabat Nabi SAW , berasal dari suku Aus dan merupakan kaum Anshar.
Ia seorang sahabat Nabi SAW, dan termasuk
orang yang ikut serta menyatakan janji setia dalam Baitur Ridwan yang
berlangsung pada tahun ke 6 H demi membela Utsman r.a utusan Rasulullah SAW
kepada kaum Quraisy untuk bernegoisasi, yang dikabarkan telah dikhianati kaum
Quraisy dengan membunuhnya. Allah SWT berfirman tentang keutamaan baiat ini dan
orang-orang yang yang berikrar di dalamnya :
۞لَّقَدۡ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ يُبَايِعُونَكَ
تَحۡتَ ٱلشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمۡ فَأَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ
عَلَيۡهِمۡ وَأَثَٰبَهُمۡ فَتۡحٗا قَرِيبٗا ١٨
“ Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin
ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa
yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi
balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). “ (QS. Al-Fath
ayat 18).
Peperangan pertama
yang diikuti Fadhalah
bin ‘Ubaid r.a bersama NabI SAW adalah
perang Uhud, dan dalam pertempuran-pertempuran selanjutnya, ia tidak pernah
absen berjuang bersama Rasulullah SAW.
Dalam perjalanan hidupnya, Fadhalah bin
‘Ubaid r.a pindah bermukim di negeri Syam. Ia pun ikut serta dalam perang penaklukan negeri Mesir. Dengan
keilmuan dan ketaqwaannya, maka tidak mengherankan, pada masa Mu’awiyah r.a
memerintah negeri Syam, Fadhalah bin ‘Ubaid r.a diserahi tanggung jawab
memegang kendali Qadha (peradilan) di Damaskus sepeninggal Abu Darda r.a. Tidak
hanya itu saja, bahkan di kala Mu’awiyah r.a tidak berada di tempat, maka
Fadhalah bin ‘Ubaid r.a menjadi sosok yang menggantikan posisisnya. Selain itu
dalam misi jihad melawan kekuatan Romawi melalui laut, Mu’awiyah menjadikan
Fadhalah r.a sebagai salah satu pimpinan pasukannya.
Imam Abu Dawud rah. meriwayatkan dalam kitab
Sunannya dari Abdullah bin Buraidah
bahwa ada seorang lelaki dari sahabat Nabi SAW yang menempuh perjalanan untuk
menemui Fadhalah bin ‘Ubaid r.a ketika berada di Mesir. Ia pun sampai
kepadanya, sembari berkata, “ Aku ini datang kepadamu, bukan untuk sekedar
berkunjung, akan tetapi (aku datang karena) aku dan engkau pernah mendengar
satu hadits dari Rasulullah yang aku
berharap engkau memiliki pengetahuan tentang itu. “ Fadhalah berkata, “ Hadits
yang mana ? “ Ia menjawab, “ Tentang
perkara demikian dan demikian. “ Lelaki itu kemudian menanyakan, “ Kenapa aku lihat rambutmu tak
rapi, sedang engkau adalah penguasa ? “ Fadhalah r.a menjawab, “ Sesungguhnya
Rasulullah SAW dahulu melarang kami sering menyisir rambut. “ Lelaki itu
bertanya kembali, “ Kenapa aku lihat engkau tidak mengenakan alas kaki ? “
Fadhalah r.a menjawab, “ Nabi SAW pernah memerinyahkan kami agar kadang-kadang
berjalan tanpa alas kaki.” (HR. Abu Dawud Nomor 3629 dan dishahihkan al-Albani rah.)
Itulah keteguhan sang Fadhalah bin ‘Ubaid r.a
dalam memegang petunjuk yang disampaikan oleh Rasulullah, walaupun dia sendiri
tidak mengetahui apa manfaat bagi dirinya.
Nasehat, pesan maupun wasiat sangat
bermanfaat bagi kaum Muslimin untuk dapat menjaga dirinya dakam keimanan, ilmu
dan beramal shaleh. Apalagi untaian kata-kata mutiara tersebut bersumber dari
generasi terbaik umat Islam, para sahabat Nabi SAW.
Mari kita simak beberapa hikmah dari tokoh
kita kali ini.
Fadhalah bin ‘Ubaid r.a pernah berkata, “ Aku
mengetahui Allah SWT menerima dariku amalan sebesar biji dzarrah itu lebih aku
sukai ketimbang dunia dan seisinya. Karena Allah SWT berfirman, “ Sesungguhnya
Allah hanya menerima (amalan ) dari orang-orang yang bertaqwa (QS. Al-Maidah
ayat 27). “
Ia juga pernah mengingatkan, “ Tiga hal
termasuk bencana : (1) seseorang penguasa jika engkau berbuat baik kepadanya,
ia tidak berterima kasih dan bila engkau berlaku buruk kepadanya, ia tidak
memaafkan, (2) tetangga, jika ia melihat
kebaikan (darimu) ia menyembunyikannya, dan bila ia melihat keburukan (darimu)
ia menyebarluaskannya. Dan (3) istri, bila engkau ada, ia menyakitimu, bila
engkau pergi, ia berkhianat kepadamu terhadap dirinya dan hartamu. “
Pada tahun 53 atau 57 H, Fadhalah bin ‘Ubaid
al-Anshari r.a meninggal dunia, pada saat itu pemerintahan dipimpin oleh
Mu’awiyah bin Abu Sufyan di Damaskus.
Mu’awiyah r.a sendiiri ikut memanggul kerandanya .
Semoga Allah memberikan taufik kepada kita
untuk mengagungkan sunnah-sunnah Rasulullah SAW dan mengamalkannya serta
mencintai para Sahabat Nabi SAW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar