kode iklan

Tampilkan postingan dengan label Biografi Sabahat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Biografi Sabahat. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 November 2019

Syurahbil bin As-simthi



Basren Blog. Kebahagiaan hidup di dunia merupakan dambaan setiap manusia dan untuk mendapatkannya perlu adanya upaya keras dan perjuangan. Upaya dan perjuangan tanpa adanya keberanian tidak akan berjalan. Demikian pula hidup di akhirat memerlukan usaha dan perjuangan pula. Oleh karena itu, untuk mendapatkan akhirat yang kekal, meraka harus mempunyai sikap pemberani, di takuti dan disegani, sehingga mereka benar-benar menjadi generasi terbaik umat ini. Nah sekarang kita simak kisah sahabat Nabi SAW yang bernama Syuhrahbil dibawah ini.

Jihad Syuhrahbil pada Perang Qadisiyah

Peperangan ini terjadi pada masa Khalifah Umar bin Kahttab, pada waktu itu pasukan ini dipimpin oleh Saad bin Abi Waqqash.dengan keberianian tinggi mereka berjihad melawan penyembah api di Persia (Iran).

Pertempuran ini amat dahsyat, dimana pasukan  kaum Muslimin berjumlah 300 orang terdiri dari veteran perang Badar berjumlah 70 orang. Pertempuran ini selama 4 hari. Hari keempat, dengan pertolongan Allah SWT, pasukan Persia yang dipimpin oleh Rustam dihantam oleh angin kencang , sehingga mereka kocar kacir, dan panglimanya yang bernama Rustam pun menemui ajalnya pada saat iitu, sehingga kemenangan ada pada kaum Muslimin, sehingga Persia dapat ditaklukkan.

Dipilih Sebagai Pegawai Pemerintah di Kota Madain

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, Syurahbil dipilih oleh Khalifah untuk menjadi pagawai pemerintah di kota Madain yang berada di negeri Irak.
Namun Syurahbil menolak dengan halus, maka ditulislah surat kepada Khalifah oleh Syuhrabil yang isinya, “ Wahai Amirulmukminin, sesungguhnya engkau memerintahkan untuk tidak memisahkan antara para budak dengan anak-anaknya, sedangkan engkau telah memisahkan aku dengan ayahku. “ maka spontan surat tersebut dibalas oleh Khalifah yang berisi bahwa beliau dipindah ke kota Homs tempat ayahnya tinggal.

Penakluk Kota Qinnasrin

Kota Qinnasrin adalah merupakan kota peribadatan dan pendidikan kaum Nasrani. Sehingga disitu banyak sekali berdiri gereja-gereja Suryaniyyah dan beberapa tempat pendidikan. Kota ini berada di Negara Suriah, dekat dengan kota Halab (Aleppo).
Perjanjian damai telah disepakati oleh Pimpinan penduduk Qinnasrin dengan pasukan Muslim ketika pasukan ini tiba di Qinnasrin, yang intinya Pasukan Muslim tidak Qinnasirin tetapi penduduknya membayar jizyah. Namun kemudian perjanjian ini dikhianati oleh penduduk Qinnasirin pada saat Abu Ubadah beserta pasukannya melanjutkan perjalanannya k eke kota Halab.
Melihat situasi seperti itu, maka Abu Ubadah mengutus Syurahbil menjadi pimpinan untuk mengepung kota itu dan akhirnya dapat ditaklukkan. Banyak rampasan perang yang di dapat, sebagiannya diserahkan ke Baitulmaal

Gubernur Kota Himsa/Homs

Di era pemerintahan Muawiyah, Syuhrabil dipercanya untuk memegang tapuk pimpinan di Homs sebagai Gubernur, sebuah kota di negeri Syam, sekarang kota ini terletak di Suriah. Syurahbil memimpin kota ini lebih kurang 20 puluh tahun dan meninggal dikota ini pada tahun 40 H.

Keteguhannya di atas Dunul Islam.

Setelah meninggalnya Rasulullah SAW, banyak diantara yang telah memeluk  Islam murtad dengan enggan mengeluarkan zakat. Pada saat itu kepemimpinan umat Islam di bawah Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq r.a.

Diantara mereka ada yang berasal dari Bani Kindah, Bani Amr bin Muawiyah di Hadramaut.
Syuhrabil dan ayahnya adalah berasal dari Bani Kindah, tetapi sikap mereka tidak ikut-ikut murtad, mereka mempertahankah aqidah yang telah menyelamatkan mereka dari kesesatan aqidah. Bahkan mereka mengatakan kepada Bani Amr.          “ Demi Allah ini adalah perbuatan yang buruk bagi kaum yang merdeka, berpindah dari hal yang baikkeadaan menuju keadaan buruk. Sesungguhnya, orang yang mulia dan terpuji ketika dia berada dalam situasi yang syubhat, mereka merasa mulia dengan meninggalkan perbuatan tersebut untuk melakukan perbuatan yang jelas kehalalannya karena takut hina. Dan bagaimana dengan kalian, mengapa berpaling dari perbuatan baik dan benar untuk melakukan perbuatan batil dan buruk ? Ya Allah, sesungguhnya kami tidak membantu kaumku untuk melakukan perbuatan ini, dan kami menyesal atas pergaulan kami dengan mereka selama ini. “ Kemudian mereka keluar dan bergabung dengan Ziyad bin Labid r.a yang diutus Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq untuk memungut zakat.

Keteguahan imannya diuji ketika kaumnya melakukan perbuatan yang keji, berani dalam mengambil keputusan dan memegang Islam dengan eratnya walaupun kaumnya meninggalkannya.



Minggu, 27 Oktober 2019

Miqdad bin Aswad





Basren Blog. Ketika kita membicarakn Miqdad bin Amr, pembicaraan kita terpokus kepada sosok sahabat mulia, yang termasuk assabiqunal awwalun yaitu orang yang menyatakan Islam secara terang-terangan yang ketujuh, sehingga harus menanggung penderitaan oleh kemurkaan dan kekejaman orang-orang Quraisy. Ibnu Mas’ud ra mengatakan, “ Orang yang pertama kali memperlihatkan keislamannya ada tujuh orang, “ seraya menyebut Miqdad bin Aswad sebagai salah seorang dari mereka.

Miqdad adalah anak angkat dari al-Aswad Abdi Yaghuts, tetapi dengan adanya larangan dalam ayat yang turun pada waktu itu untuk penisbatan anak angkat kepada ayah angkat maka dikembalikanlah nisbat itu kepada orang tua kandungnya yaitu Amr bin Tsalabah bin Malik al-Kindi yang lebih dikenal dengan Miqdad bin Aswad.

Dalam sejarah Islam, Miqdad bin Aswad dikenal sebagai pejuang Islam yang pemberani. Abdullah bin Mas’ud ra mengatakan, “ Aku telah menyaksikan perjuangan           miqdad, sehingga aku lebih suka menjadi sahabatnya daripada segala isi bumi ini. ‘
Pada suatu saat Rasulullah m mengajak musyawarah semua kaum Muslimin, mereka akan menghadapi peperangan yang pertama dengan kaum Musyrikin, Rasulullah SAW menguji keimanan mereka. Pendapat diperlukan agar perjuangan dapat dimenangkan, kemenangan ini bukan juga atas usaha mereka semata tetapi juga atas pertolongan Allah SWT.
Miqdad khawatir kalau diantara para sahabat ada yang berat untuk bertempur. Kali ini pertempuran dalam upaya mempertahankan keimanan mereka, yaitu agama Islam. Sebelum Miqdad berbicara, mka Abu Bakar  Ash Shiddiq telah mendahuluinya, dengan lantunan kalimat yang berkesan, tentramlah hati Miqdad, setelah itu Umar bin Khattab berbicara, sungguh menakjubkan.

Kini giliran Miqdad tampil berbicara, Wahai Rasulullah, laksanakanlah apa yang dititahkan Allah, kami akan bersamamu. Demi Allah kami tidak  akan berkata seperti yang dikatakan Bani Israil kepada Musa, ‘ Pergi dan berperanglah kamu bersama Tuhanmu, sedangkan kami akan duduk menunggu di sini. ‘Tetapi kami akan mengatakan kepadamu, “ Pergi dan berperanglah engkau bersama Tuhanmu, dan kami ikut berjuang bersamamu. “ Demi zat yang telah mengutusmu membawa kebenaran seandainya engkau membawa kami ke dalam lautan lumpur, kami akan berjuang bersamamu dengan tabah hingga mencapai tujuan, dan kami akan bertempur di sebelah kanan dan di sebelah kirimu, di bagian depan dan di bagian belakangmu, hingga Allah memberikan kemenangan kepadamu. “
Maka hati Rasulullah SAW menjadi tentram, maka persiapan pun dilakukan oleh Rasulullah dalam bersama para sahabat dalam upaya menghadapi perang Tabuk.

Suatu hari,  ia diangkat oleh Rasulullah SAW  psebagai pemegang kendali (Amir) di suatu daerah, tatkala ia kembali dari tugasnya, Nabi bertanya , “ Bagimana pendapatmu setelah menjadi amir ? “ Ia pun menjawab dengan jujur, “ Engkau telah menjadikan diriku menganggap diri sendiri diatas semua manusia, sedangkan mereka semua di bawahku. Demi zat yang telah mengutusmu membawa kebenaran sejak saat ini saya tidak berkeinginan menjadi pemimpin  sekalipun untuk dua orang  untuk selama-lamanya. ‘
Miqdad adalah seorang laki-laki yang tidak ingin tertipu oleh dirinya sendiri dan tidak mau terpedaya oleh kelemahannya.

Miqdad bin Aswad ra pernah melewati sejumlah orang yang berharap mengalami ujian  sebagaimana Allah menguji Rasul-Nya dan para sahabat ra. Maka ia pun berkementar. “ Sesungguhnya aku pernah mendengar  Rasulullah SAW bersabda, “ Sesungguhnya orang yang  berbahagia adalah orang yang benar-benar dijauhi dari fitnah-fitnah. “ Beliau mengucapkan tiga kali.

Beliau Miqdad bin Aswad juga seorang yang dermawan, bahkan dia berwasiat untuk memberikan kekayaannya kepada Hasan dan Husin sebanyak 30 ribu dirham dan kepada Ummahatul Mukminin masing-masing memperoleh 7 ribu dirham.
Setelah perjuangan dan pengorbanan yang besar bagi Islam dan Kaum Muslimin, Miqdad bin Aswad r.a wafat di Madinah pda tahun 33 H dalam usia 70 tahun. Khalifah Utsaman bin Affan sendiri yang memimpin shlat jenazah ini dan di makamkan di Baqi’.





Senin, 07 Oktober 2019

Fadhalah bin ‘Ubaid




Basren Blog. Fadhalah bin ‘Ubaid r.a adalah salah seorang sahabat Nabi SAW , berasal dari suku Aus dan merupakan kaum Anshar.
Ia seorang sahabat Nabi SAW, dan termasuk orang yang ikut serta menyatakan janji setia dalam Baitur Ridwan yang berlangsung pada tahun ke 6 H demi membela Utsman r.a utusan Rasulullah SAW kepada kaum Quraisy untuk bernegoisasi, yang dikabarkan telah dikhianati kaum Quraisy dengan membunuhnya. Allah SWT berfirman tentang keutamaan baiat ini dan orang-orang yang yang berikrar di dalamnya :
۞لَّقَدۡ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ يُبَايِعُونَكَ تَحۡتَ ٱلشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمۡ فَأَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ عَلَيۡهِمۡ وَأَثَٰبَهُمۡ فَتۡحٗا قَرِيبٗا ١٨
“ Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). “ (QS. Al-Fath ayat 18).
Peperangan pertama yang diikuti Fadhalah bin ‘Ubaid r.a bersama NabI  SAW adalah perang Uhud, dan dalam pertempuran-pertempuran selanjutnya, ia tidak pernah absen berjuang bersama Rasulullah SAW.
Dalam perjalanan hidupnya, Fadhalah bin ‘Ubaid r.a pindah bermukim di negeri Syam. Ia pun ikut serta  dalam perang penaklukan negeri Mesir. Dengan keilmuan dan ketaqwaannya, maka tidak mengherankan, pada masa Mu’awiyah r.a memerintah negeri Syam, Fadhalah bin ‘Ubaid r.a diserahi tanggung jawab memegang kendali Qadha (peradilan) di Damaskus sepeninggal Abu Darda r.a. Tidak hanya itu saja, bahkan di kala Mu’awiyah r.a tidak berada di tempat, maka Fadhalah bin ‘Ubaid r.a menjadi sosok yang menggantikan posisisnya. Selain itu dalam misi jihad melawan kekuatan Romawi melalui laut, Mu’awiyah menjadikan Fadhalah r.a sebagai salah satu pimpinan pasukannya.
Imam Abu Dawud rah. meriwayatkan dalam kitab Sunannya dari  Abdullah bin Buraidah bahwa ada seorang lelaki dari sahabat Nabi SAW yang menempuh perjalanan untuk menemui Fadhalah bin ‘Ubaid r.a ketika berada di Mesir. Ia pun sampai kepadanya, sembari berkata, “ Aku ini datang kepadamu, bukan untuk sekedar berkunjung, akan tetapi (aku datang karena) aku dan engkau pernah mendengar satu hadits dari Rasulullah  yang aku berharap engkau memiliki pengetahuan tentang itu. “ Fadhalah berkata, “ Hadits yang mana ? “ Ia menjawab,      “ Tentang perkara demikian dan demikian. “ Lelaki itu kemudian menanyakan,           “ Kenapa aku lihat rambutmu tak rapi, sedang engkau adalah penguasa ? “ Fadhalah r.a menjawab, “ Sesungguhnya Rasulullah SAW dahulu melarang kami sering menyisir rambut. “ Lelaki itu bertanya kembali, “ Kenapa aku lihat engkau tidak mengenakan alas kaki ? “ Fadhalah r.a menjawab, “ Nabi SAW pernah memerinyahkan kami agar kadang-kadang berjalan tanpa alas kaki.” (HR. Abu Dawud Nomor 3629 dan dishahihkan al-Albani rah.)
Itulah keteguhan sang Fadhalah bin ‘Ubaid r.a dalam memegang petunjuk yang disampaikan oleh Rasulullah, walaupun dia sendiri tidak mengetahui apa manfaat bagi dirinya.
Nasehat, pesan maupun wasiat sangat bermanfaat bagi kaum Muslimin untuk dapat menjaga dirinya dakam keimanan, ilmu dan beramal shaleh. Apalagi untaian kata-kata mutiara tersebut bersumber dari generasi terbaik umat Islam, para sahabat Nabi SAW.
Mari kita simak beberapa hikmah dari tokoh kita kali ini.
Fadhalah bin ‘Ubaid r.a pernah berkata, “ Aku mengetahui Allah SWT menerima dariku amalan sebesar biji dzarrah itu lebih aku sukai ketimbang dunia dan seisinya. Karena Allah SWT berfirman, “ Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan ) dari orang-orang yang bertaqwa (QS. Al-Maidah ayat 27). “
Ia juga pernah mengingatkan, “ Tiga hal termasuk bencana : (1) seseorang penguasa jika engkau berbuat baik kepadanya, ia tidak berterima kasih dan bila engkau berlaku buruk kepadanya, ia tidak memaafkan,  (2) tetangga, jika ia melihat kebaikan (darimu) ia menyembunyikannya, dan bila ia melihat keburukan (darimu) ia menyebarluaskannya. Dan (3) istri, bila engkau ada, ia menyakitimu, bila engkau pergi, ia berkhianat kepadamu terhadap dirinya dan hartamu. “
Pada tahun 53 atau 57 H, Fadhalah bin ‘Ubaid al-Anshari r.a meninggal dunia, pada saat itu pemerintahan dipimpin oleh Mu’awiyah bin   Abu Sufyan di Damaskus. Mu’awiyah r.a sendiiri ikut memanggul kerandanya .
Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk mengagungkan sunnah-sunnah Rasulullah SAW dan mengamalkannya serta mencintai para Sahabat Nabi SAW.

Rabu, 02 Oktober 2019

Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib

 

Basren Blog. Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib terlahir di bumi Habasyah, ketika kaum Muslimin pergi ke wilayah di benua Afrika itu demi menyelamatkan aqidah Islam mereka. Sementara ayahnya adalah Ja’far bin Abi Thalib r.a sepupu Nabi Muhammad SAW, seorang mujahid fi sabilillah yang mendapat kemuliaan mati syahid di Perang Mu’tah yang terjadi pada tahun ke 8 H, ketika kaum Muslimin melawan bangsa Romawi. Sebuah peperangan yang fonemenal yang diakhiri dengan kemenangan gemilang  dari Allah bagi kaum Muslimin yang waktu itu hanya berjumlah 30 ribu personel melawan 200 ribu pasukan orang kafir.

Sedangkan sang ibu, bernama Asma binti Umais al-Kats’amiyyah r.a, seorang wanita mulia yang juga termasuk rombongan Muhajiirin pertama ke Habasyah.

Dari dua orang tua mulia ini, lahirlah Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib, Abu Ja’far al-Qurasyi  al-Hasyimi. Ia adalah orang yang paling akhir wafatnya dari Bani Hasyim yang pernah melihat Nabi Muhammad SAW. Masuk dalam klasifikasi shigharu ash-Shahabah, sahabat-sahabat Nabi yang berusia kanak-kanak di masa hidup Rasulullah SAW, memiliki 13 hadits yang diriwayatkan dari Nabi SAW.

Imam Ibnu Katsir rahimallah menyebutkan bahwa Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib r.a ini telah berbaiat kepada Nabi SAW ketika berusia 7 tahun.
Allah SWT menakdirkan Ja’far bin Abi Thalib, sang ayah Abdullah, sebagai salah satu dari tiga komandan pasukan Muslimin yang syahid di Perang Mu’tah. Setelah sang ayah memperoleh kemuliaan menjadi syahid dalam Perang Mu’tah, Abdullah bin Ja’far  r.a hidup di bawah pengasuhan dan tanganggun Rasulullah SAW. 

Rasulullah SAW mendo’akan Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib dengan berkata ;       “ Ya Allah, gantikanlah Ja’far dalam mengurus keluarganya dan berikanlah barakah bagi Allah dalam perniagaannya. “

Abu Hurairah r.a mengatakan, “ Orang yang paling baik terhadap kaum Miskin adalah Ja’far bin Abi Thalib. Ia sering mengajak kami ke rumah dan member kami makanan yang ada di rumahnya. “

Demikian pula Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib juga mempunyai kisah-kisah yang banyak tentang kedermawanannya, sedekah dan kegemarannya membantu sesame. Diantaranya, ia pernah member bantuan kepada seseorang sebanyak 4 ribu dinar.
Pantaslah jika ia dijuluki Al-jawad ibnul jawad, sang dermawan putra derma

Minggu, 29 September 2019

Abdullah bin As-Sa’ib




Basren Blog. Nama lengkapnya Abdullah bin as-Sa’ib bin Abi as-Sa’ib al-Makhzumi al-Qurasyi, salah seorang sahabat muda Nabi Muhammad SAW dan termasuk muqri ahli Makkah (guru al-Qur’an bagi penduduk Makkah). Beliau memiliki beberapa riwayat hadits dari Nabi SAW.

Para sahabat Nabi SAW adalah generasi terbaik umat ini. Satu generasi yang memiliki semangat menggebu dalam mempelajari agama Allah dan mengamalkannya dalam kehidupan. Fakta ini dapat dilihat dalam perilaku mereka.

Misalnya, jika mereka tidak mendengar hadits tertentu dari Rasulullah SAW secara langsung, karena umurnya masih kecil , atau karena diutus oleh Rasulullah SAW untuk pergi berjihad     , atau mengajarkan al-Qur’an kepada suatu kaum,  ataupun karena melaksanakan kewajiban seperti mencari nafkah, maka mereka pun tidak tinggal diam. Mereka akan menanyakan dan mendengarkan langsung dari Rasulullah SAW.
Demikian pula halnya dengan Abdullah bin as-Sa’ib r.a. Beliau pernah belajar dan mengambil hadits dari Rasulullah SAW, mempelajari al-Qur’an dari Ubay bin Ka’b r.a dan meriwayatkan hadits darinya pula. Abdullah bin as-Sa’ib r.a  juga meriwayatkan hadits Nabi SAW dari Umar bin Khattab r.a.

Setelah masa studi beliau berlalu dan sudah memiliki ilmu yang cukup, maka beliau berdakwah menyampaikan dan mengajarkan ilmu kepada khalayak ramai. Banyak murid yang belajar dan menimba ilmu dari Abdullah bin as-Sa’ib r.a. Diantaranya banyak yang menjadi ulama besar, seperti Mujahid bin Jabr (salah seorang imam dalam bidang qira’ah dan tafsir}, Atha bin Abi Rabah (salah seorang ahli fiqih) dan banyak yang lainnya.
Semua sahabat Nabi adalah orang-orang terpercaya dalam urusan agama. Mereka telah mendapatkan pujian dan rekomendasi darI Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman di dalam Qur’an Surat at-Taubah ayat 100 :
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلۡأَوَّلُونَ مِنَ ٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحۡسَٰنٖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُ وَأَعَدَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي تَحۡتَهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١٠٠
“ Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. “
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman :
لَّقَد تَّابَ ٱللَّهُ عَلَى ٱلنَّبِيِّ وَٱلۡمُهَٰجِرِينَ وَٱلۡأَنصَارِ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ ٱلۡعُسۡرَةِ    
Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan. “ (QS.at-Taubah ayat 117).
Dua ayat tersebut menunjukkan Allah SWT telah merekomendasikan dan ridha kepada para sahabat Nabi SAW dan ridha kepada orang-orang mengikuti mereka dengan baik. Rasulullah SAW juga bersabda :
حَيْرُكُمْ قَرْنِي ، ثُمَّ الَّذِ يْنَ يَلُو نَهُمْ ، ثُمَّ الَّذِ يْنَ يَلُو نَهُمْ
“ Sebaik-baik masa adalah masaku, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya. “ (HR. Bukhari).
Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi SAW telah memberi tazkiyah, memuji para sahabatnya yang hidup pada masanya sebagai generasi sebaik-baik generasi.
Abdullah bin as-Sa’ib r.a merupakan salah seorang dari mereka yang dipuji Allah dan Rasul-Nya, dan andai kata tidak ada seorang pun di dunia ini yang memujinya, maka ini sudah cukup dua pujian dan rekomendasi dari Allah dan Rasul-Nya di atas sebagai dalil yang menganjurkan kemuliaan dan tingginya  kedudukannya di sisi Allah SWT dan Rasul-Nya.

Mujahaid bin Jabr r.a pun memujinya, ia mengatakan :
كُنَّا نَفْخَرُ عَلَى ى النَّاسِ بِقَرِئِنَا عَبْدِ اللهِ بْنِ السَّا ئِبِ
“ Kami dulu bangga dengan ahli qira’ah kami, yakni Abdullah bin as-Sa’ib. “
Kemudian beliau wafat di kota Makkah pada masa pemerintahan Abdullah bin az-Zubair r.a
           


Minggu, 22 September 2019

‘Amr bin Tsabit bin Waqsy


  
Basren Blog. Kemenangan yang sudah di depan mata menjadi sirna. Pasukan musyrikin yang dipimpin komandan ulungnya Khalid bin Walid berhasil memukul pasukan Muslimin, dan akhirnya berhasil menceraiberaikan dan mengalahkan kaum Muslimin atas hikmah yang Allah SWT kehendaki. Allah SWT berfirman di dalam Surat Ali Imran ayat 166-167 :
وَمَآ أَصَٰبَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡتَقَى ٱلۡجَمۡعَانِ فَبِإِذۡنِ ٱللَّهِ وَلِيَعۡلَمَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ١٦٦ وَلِيَعۡلَمَ ٱلَّذِينَ نَافَقُواْۚ وَقِيلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡاْ قَٰتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَوِ ٱدۡفَعُواْۖ قَالُواْ لَوۡ نَعۡلَمُ قِتَالٗا لَّٱتَّبَعۡنَٰكُمۡۗ هُمۡ لِلۡكُفۡرِ يَوۡمَئِذٍ أَقۡرَبُ مِنۡهُمۡ لِلۡإِيمَٰنِۚ يَقُولُونَ بِأَفۡوَٰهِهِم مَّا لَيۡسَ فِي قُلُوبِهِمۡۚ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا يَكۡتُمُونَ ١٦٧
“ Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman. Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan: "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu)". Mereka berkata: "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu". Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. “

Akhirnya, kaum Muslimin mengalami kekalahan yang mengandung hikmah besar yang dikehendaki oleh Allah . Kekalahan dalam perang ini identik dengan banyaknya korban yang jatuh yaitu sebanyak 65 sahabat Nabi SAW yang menjadi syuhada, diantaranya adalah Amr bin Tsabit bin Waqsy termasuk orang tuanya yang telah lanjut usia yang bernama Tsabit bin Waqsy.

Pembahasan kita kali ini adalah Amr bin Tsabit bin Waqsy.Siapakah Amr bin Tsabit bin Waqsy  sebenarnya ?

Amr bin Tsabit bin Waqsy al-Anshari al-Ausi al-Asyhali. Ibunya bernama Lubabah binti al-Yaman. Amr adalah putra dari saudara perempuan Hudzaifah al-Yamani dan dia sering disebut dengan nama panggilan Ushairim Bani Abdil-Asyhal.

Imam Ibnul Atsir rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya dalam Usudul Ghabah (3/699) melalui jalan Muhammad  bin Ishaq dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, “ Beritahukan kepadaku tentang orang yang masuk surga, namun ia belum pernah sama sekali mengerjakan shalat karena Allah SWT. Ternyata orang-orang tidak mengetahuinya, maka ia berkata, dia adalah Ushairim Bani Abdul Asyhal, ‘Amr bin Tsabit bin Waqsy. Ia dahulu menolak Islam. Namun, pada hari terjadinya Perang Uhud, ia tertarik terhadap Islam dan memeluk Islam. Kemudian dia mengambil pedangnya dan berjumpa dengan orang-orang. Ia memasuki medan peperangan. Ia berperang dan luka-luka, maka ia menghentikan diri, lalu beberapa orang dari Bani Abdul Ashal  keluar untuk mencari-cari orang-orang mereka dalam peperangan tersebut.

Mereka terkejut menemukan ‘Amr bin Tsabit bin Wasqy pada tempat orang-orang yang sahid , maka orang-orang pun bertanya, “ Ini ‘Amr, mengapa dia ada disini ? Apa yang menyebabkan engkau berada di sini, wahai ‘Amr ? Apa karena simpati kepada kaummu (suku Aus yang berperang menghadapi  suku Quraisy ) atau keinginan masuk Islam ?“ maka ‘Amr bin Tsabit bin Wasqy pun menjawab, “ Justru aku ke sini karena cinta terhadap Islam. Aku telah memeluk Islam. Akupun berjuang hingga terkena luka-luka seperti yang kalian lihat. “ Tak seberapa lama kemudian ia pun meninggal dunia.

Hal ini di ceritakan para Sahabat kepada Rasulullah SAW, Beliau pun bersabda, “ Ia   termasuk penghuni Surga. “




Senin, 16 September 2019

Khabbab bin Al-Arat




Basren Blog. Ketika menjadi Khalifah, Sayyidina Umar bin Khattab r.a meminta kepada Sayyidina Khabbab r.a menceritakan kembali penderitaan yang telah dialaminya dahulu. Sayyidina Khabbab r.a berkata,  “ Lihatlah punggungku ini. “ Begitu sayyidina Umar melihat punggung Sayyidina Khabbab, lalu beliau mengatakan, “ Belum pernah kelihat punggung yang luka separah ini. “ Maka Syyidina Khabbab melanjutkan perkataanya, “ Aku diseret di atas timbunan bara api yang menyala, sehingga lemak dan darah yang mengalir dari punggungku memadamkan bara api itu. ‘
Khabbab bin Al-Arat digelar dengan Guru Besar Seni Pengorbanan. Dia adalah termasuk awwalun, oleh karena itu wajar jika penderitaan yang alaminya sering menimpa dirinya. Salah satu sebab juga dia adalah seorang budak.
  
Khabbab adalah tukang pandai besi dengan keahlian membuat senjata terutama pedang di kota Makkah. Banyak pesanan pedang dan peralatan perang dari sejumlah orang Quraisy. Pada hari itu sejumlah pemesan datang untuk mengambil pedang yang dipesannya beberapa hari yang lalu, ternyata mereka tidak menemukan Khabbab di rumahnya, tetapi meraka dengan sabar duduk dan menunggu kedatangannya.

Tidak lama kemudian, Khabbab datang dengan muka yang berseri-seri dan langsung memberi salam dan duduk di dekat mereka.
Salah seorang dari mereka bertanya kepadanya ;” Apakah pengerjaan pedang-pedang kami telah selesai, wahai Khabbab ? “

Khabbab tidak menghiraukan pertanyaan salah seorang dari mereka dan selanjutnya dia berkata : “ Sungguh keadaan sangat memandang menakjubkan ! “, selanjutnya dia bertanya “ Apakah kalian sudah melihatnya ? Apakah kalian sudah pernah mendengar ucapannya ? “
Mereka saling pandang dan diliputi tanda Tanya dan keheranan. Maka salah seorang dari mereka pula bertanya dengan suatu muslihat : “ Apakah kamu sendiri sudah melihatnya, wahai Khabbab ? “

Akhirnya Khabbab mengakui keimannya  dengan terus terang dihadapan mereka. Dan masih dalam keadaan terharu serta kegembiraan jiwa, dia mengatakan : “ Benar, saya telah melihat dan saya menyaksikan kebenaran terpancar dari dirinya dan cahaya terang dari tutur katanya. “

Salah seorang dari mereka berteriah :” Siapa dia orang yang kau katakana itu, wahai budak Ummu Anmar ? “
Dengan tenang dia menjawab : “ Siapa lagi, wahai kaum arab sahabatku ? siapa lagi di antara kaum kalian yang darinya terpancar kebenaran dan dari tutur katanya memancarkan cahaya selain dia seorang ? “

Seorang lainnya berteriak, “ Rupanya yang engkau maksud adalah Muhammad. “
Khabbab pun menganggukan kepala dan seraya berkata, “ Benar, dia adalah utusan Allah kepada kita untuk membebaskan kita dari belenggu kegelapan menuju terang benderang. “
Setelah mengucapkan kata-kata itu Khabbab pun tidak ingat lagi, tubuhnya bengkak-bengkak, tulang terasa sakit, darah mengalir membasahi baju dan tubuhnya. Itulah kali pertama siksaan yang diterimanya.

Mulai saat itu dia mendapat kedudukan yang tinggi di antara orang-orang yang tersiksa dan teraniaya. Dia tegar menghadapi kesombongan, keangkuhan, kezaliman dan kegilaan orang-orang Quraisy. Miskin harta dan tak berdaya, tetapi semangat untuk menghadapi segala penderitaan karena kerakusan orang-orang Quraisy.

Asy-Sya’bi mengatakan, “ Khabbab menunjukkan ketabahannya, hinggga tidak sedikit pun hatinya terpengaruh oleh tindakan biadab orang-orang kafir. Mereka menindihkan batu membara ke punggungnya, hingga dagingnya terbakar. “

Semua besi yang terdapat di rumah Khabbab dijadikan belenggu dan rantai besi, kemudian di masukkan kedalam api yang membara dililitkan ke tubuh dan kedua tagannya.
Disamping itu pula bekas majikkannya diminta bantuannya oleh orang kafir quraisy untuk turut serta melakukan penyiksaan terhadap Khabbab dengan mengambil besi yang panas lalu menaruhnya diatas kepala dan ubun-ubun Khabbab, maka spontan dia menggeliat namun rasa sakitnya tidak diperlihatkan kepada algojo-algojo tersebut sehingga mereka tidak merasa puas.

Melihat kejadian tersebut diatas, dada Rasulullah SAW terasa sesak dan pilu. Rasulullah hanya melihat lirih kepada Khabbab yang disiksa oleh bekas majikannya, Rasulullah hanya dapat memohonkan do’a dengan mengangkat kedua tanganya seraya berdo’a,  “ Ya Allah, limpahkan pertolongan-Mu kepada Khabbab. “

Selang beberapa hari setelah itu, Allah berkehendak, Ummu Anmar beserta algojo-algojonya  menerima terbiyah dari Allah yaitu semacam penyakit panas yang aneh dan mengerikan.

Pernah suatu waktu Khabbab dan kawan-kawanya yang turut serta disiksa, menghadap Rasulullah SAW untuk memohonkan bantuan, Khabbab menuturkan “ Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memintakan pertolongan bagi kami ? “

Rasulullah SAW pun duduk, Muka beliau berubah merah, lalu sabdanya, “ Sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang disiksa, tubuhnya dikubur hingga sebatas leher ke atas, lalu sebuah gergaji diambil untuk menggergaji kepalanya. Namun, siksaan demikian itu tidak sedikitpun dapat memalingkan dari agamanya. Ada pula yang disiksa antara daging dan tulang-tulangnya dengan sikat besi. Siksaan itu juga tidak dapat menggoyahkan keimannya. Sungguh, Allah benar-benar akan menyempurnakan urusan ini, hingga seorang pengembara dapat bepergian dari Sana’a ke Hadramaut, dan tidak da yang ditakutkan selain Allah SWT, walaupun serigala berada di antara hewan gembalaannya. Namun sayang, kalian terburu-buru.

Setelah mendengar sabda dari Rasulullah SAW maka semakin kuatlah keimana Khabbab dan kawan-kawanya.

Banyak penderitaan yang dialaminya, sehingga derajatnya semangkin tinggi. Baliau wafat pada tahun 37 H.




Jumat, 30 Agustus 2019

Bilal bin Rabah




Basren. Blog. Bilal bin Rabah adalah budak Umayyah bin Khalaf seorang kafir yang
sangat memusuhi Islam. Bilal sering mendengarkan pembicaraan Umayyah sang majikannya dengan kawan-kawanya tentang Muhammad SAW dan agama baru yang dibawanya. Baru dipandang dari sudut lingkungan di mana ia tinggal. Bilal pun sering mendengarkan pembicaraan mereka tentang kemuliaan akhlaq Muhammad SAW, entah apa yang menyebabkan kebencian mereka , bahkan sikap keras mereka yang menantang. Bilal juga mendengar mereka berbisik-bisik mengenai sebab yang mendorong mereka  menentang dan memusuhinya. Pertama, adalah kesetiaan mereka terhadap kepercayaan yang diwariskan oleh nenek moyangnya, dan kedua adalah kekhawatiran mereka terhadap kedudukan Quraisy saat itu. Kedudukan yana mereka peroleh sebagai imbalan kedudukan mereka menjadi pusat keagamaan, kiblat peribadatan, dan ritual haji di seluruj Jazirah Arab. Alasan selanjutnya adalah kedengkian terhadap Bani Hasyim, mengapa Nabi dan Rasul itu muncul dari golongan ini dan bukan dari pihak mereka.
Suatu hari Bilal Bin Rabah melihat cahaya ilahi dan dari dalam lubuk hatinya yang suci murni timbul keingan untuk menyambut sebuah pilihan utama. Karena itulah, ia menjumpai Rasulullah SAW dan menyatakan masuk Islam. Tidak lama setelah itu, berita rahasia keislaman Bilal pun tercium dan beredar di kepala tuan-tuannya dari Bani Jumah, yakni kepala-kepala yang selama ini dikuasai oleh kesombongan dan ditindih oleh kecongkakan. Karena itu tidak aneh bila setan-setan di muka bumi bersarang di dalam dada Umayah bin Khalaf, hal ini merupakan tamparan bagi Umayah dan dapat menjatuhkan kehormatan mereka.
Akhirnya siksaan demi siksaan bertubi-tubi datang menghampiri Bilal bak air hujan yang menetes dari langit. Siksaan ini dilakukan setiap hari.
Pada suatu waktu Bilal dalam keadaan telanjang ia dibaringkan diatas bara, agar ia meninggalkan agamanya atau mencabut pengakuannya. Dan diwaktu yang lain ia dijemur dipadang pasir yang tandus bahkan batu disimpan diatas perutnya dan ia dipaksa untuk mengucapkan kalimat Tuhan mereka yaitu Lata dan ‘Uzza, tetapi keteguhan hatinya karena telah mendapatkan keimanan dan keyakinan yang benar, sehingga ia tidak mau mengucapkan kalimat apapun yang dapat membebaskan dirinya saat itu, walaupun bukan dari lubuk hatinya, Bilal hanya mengucapkan dengan berulang-ulang senandung yang abadi “ Ahad…..Ahad ! “. Para algojo itupun memaksanya, “ Katakanlah seperti yang kami katakana ! “, Bilal menjawab,  “ Lidahku tidak dapat mengucapkannya. “
Bila malam telah tiba, orang-orang itupun menawarkan kepadanya, “ Besok, ucapkanlah kata-kata yang baik terhadap Tuhan-Tuhan kami, sebutlah : Tuhanku Lata dan ‘Uzza, setelah itu kami lepaskan dan biarkan kamu sesuka hatimu. Kami letih menyiksamu, seolah-oleh kami sendirilah yang disiksa. “ Namun dapat dipastikan bahwa Bilal akan menggelengkan kepala dan mengucapkan : “Ahad…..Ahad ! “
Bahkan di waktu yang lain Bilal dibujuk seolah-olah mereka punya balas kasihan dihadapan Umayah dengan mengatakan, “ . Biarkanlah dia, wahai Umayah ! Demi Lata. ia tidak akan disiksa lagi setelah ini. Bilal adalah anak buah kita, bukankah ibunya budak kita ? Ia tentu tidak akan rela bila dengan keislamannya itu nama kita menjadi ejekan dan cemohan bangsa Quraisy. “
Waktu siang telah tiba dan tepat menjelang waktu Zuhur Bilal  pun dibawa orang ke padang pasir lagi. Bilal tetap sabar dan tabah, tenang dan tidak goyah. Saat mereka menyiksanya, tiba-tiba Abu Bakar Ash-Shiddiq datang dan berkata : “ Apakah kalian akan membunuh seorang laki-laki karena mengatakan, “ Rabbku ialah Allah ? “, kemudian ia berkata kepada Umayah bin Khalaf : “ Ambillah tebusan yang lebih besar daripada harganya dariku, lalu bebaskan ia. “.Maka mulai saat itu Bilal menjadi orang yang merdeka.
Bilal adalah seorang muazin yang pertama dalam Islam. Suaranya merdu dan empuk, Bilal mengisi hati dengan keimanan dan telingadengan keharuan, sementara seruannya menggemakan lafazh  kalimat adzan tersebut.
Dalam perang Badar bersama Rasulullah SAW  bila menerjang dangan gesitnya, sementara semboyan yang dititahkan oleh Rasulullah SAW adalah menggunakan ucapan “ Ahad…..Ahad….!.“
Suara Adzan terus mengumandang dari masjidnya Rasulullah SAW, sehingga wafatnya Rasulullah SAW.
Bilal bin Rabah meninggalkan Madinah pada saat pemerintahan Abu Bakar dan menetap di Syria. Pada suatu malam ia bermimpi berjumpa dengan Baginda Rasulullah SAW, Beliau bersabda : “ Wahai Bilal, masihkah kamu setia kepadaku ? Mengapa kau tidak pernah menziarahiku ?.” Bilal terhentak dan bangun dari tidurnya, dan besokya bergegas berangkat ke Madinah untuk menziarahi makam Rasulullah SAW. Setibanya di sana, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husin r.a memintanya untuk mengumandangkan adzan. Ia tidak dapat menolak permintaan ini, sebab Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husun adalah cucu kesayangan Rasulullah SAW. Tatkala suara adzan dikumandangkan, maka penduduk Madinah bergegas menuju Masjid karena mendengar adzan yang dikumandangkan seolah-oleh seperti zaman hidupnya Baginda SAW, sehingga deraian air mata menetes dari setiap mata penduduk Madinah pada saat itu.
Setelah tinggal beberapa hari di Madinah, ia pun kembali ke Syam. Dan pada tahun 20 H Bilal meninggalkan kita semua untuk selamanya, dan Insya Allah, apakah kita bisa bertemu dengan beliau di alam dimana semua orang-orang yang beriman akan menikmatinya yaitu surga yang telah disediakan oleh Allah SWT. Beliau wafat di Damaskus.
Referensi :
1.    Kitab “ FADHILAH AMAL “ oleh Syaikh Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi rah,a. Penerbit Pustaka Ramadhan, Tahun 2011.
2.    Buku “ BIOGRAFI 60 SAHABAT NABI SAW “ oleh Khalid Muhammad Khalid, Penerbit Ummul Qura, Cet. Ke IV Tahun 2016.