kode iklan

Jumat, 30 Agustus 2019

Adab Dalam Adzan





Pembahasan artikel saya kali ini  adalah Sunnah Dalam Adzan. Pengertian adzan secara bahasa adalah al-i’laam (pemberitahuan), dan dalam istilah syariat adzan adalah pemberiahuan masuknya waktu shalat dengan mengumandangkan lafazh khusus.
Bagaimanakah sunnah-sunnah di dalam adzan ? untuk itu mari kita telaah bersama agar kita dapat memahaminya, dan untuk itulah kami ketengahkan perlunya pemahaman tentang sunnah dalam azan.
Sunnah Dalam Adzan
Sunnah-sunnah yang berkaitan dengan adzan ada lima, seperti yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Kitab Za’dul Ma’ad.
Kelima sunnah tersebut ditujukan bagi orang yang mendegar adzan yaitu :
1.    Mengucapkan seperti yang diucapkan muazzin.
Bagi orang yang mendengar adzan disunnahkan agar mengucapkan seperti apa yang diucapkan oleh muazzin, kecuali dalam lafazh :
حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ , حَيَّ عَلىَ الْفَلَاحِ
Ketika mendengar lafazh yang dikecualikan tersebut, maka setiap muslim yang mendengarkannya mengucapkan lafazh ini :
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِا الله
“ Tidak ada daya maupun kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah “2)*
Manfaat menjawab adzan seperti tersebut berdasarkan HR Muslim ( no. 385 ), akan menjadi salah satu sebab engkau masuk surga.

2.    Mengucapkan persetujuan atas kesaksian muazzin dalam mengumandangkan adzannya , serta mengungkap keridhaan terhadap agama dan Nabi-Nya.
Setelah muazzin selesai mengumandangkan adzannya, maka yang mendengarnya mengucapkan :
وَاَنَا اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَاَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْل الله , رَضِيْتُ باِ اللهِ رَبًّا وَبِا لْاِسْلاَمِ دِيْنًا , وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلًا
“ Dan aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, aku ridha kepada Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agamaku dan ridha atas Muhammad sebagai Rasulku. “ (HR.Muslim No. 386).


3.    Bershalawat kepada Rasulullah
Yaitu setelah selesai menjawab adzan dari muazzin dan menyempurnakan shalawatnya dengan mengucapkan shalawat Ibrahimiyah.
Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW :

اِذَا سَمِعْتُمُ الْمُوَذِّنَ فَقُوْلُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَاِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاة ًصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
“ Apabila kalian mendengar muazzin, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkannya lantas bershalawatlah untukku. Karena sesungguhnya seorang muslim yang bershalawat untukku satu kali, maka Alla bershalawat untuknya sepuluh kali.” ( HR. Muslim no.384).

4.    Berdo’a setelah bershalawat kepada Nabi SAW.

اَللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ , وَالصَّلاَةِ الْقَا ئِمَةِ , اَتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ , وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدَا الَّذِي وَعَدْ تَه
“ Ya Allah, Rabb Pemilik panggilan sempurna (adzan) ini dan shalat wajib yang didirikan. Berilah al-wasilah (derajat di surga), dan al-fadhilah (keutamaan) kepada Muhammad. Dan bangkitkanlah beliau SAW sehingga dapat menempati kedudukan yang terpuji sesuai yang Engkau janjikan. “ ( HR. Bukhari No. 614).

Manfaat do’a ini dibaca akan memperoleh syafaat dari Nabi Muhammad SAW.

5.    Berdo’a untuk hajat diri sendiri, dan meminta karunia Allah, karena Dia pasti mengabulkan permintaan tersebut.
Berdasarkan sabda Rasulullah SAW :

قُلْ كَمَا يَقُوْلُوْنَ , يَعْنِيْ الْمُؤَ ذِّيْنَ , فَاِذَا انْتَهَيْتَ فَسَلْ تُعْطَهُ
“ Ucapkanlah seperti yang mereka (para muazzin) ucapkan. Lantas jika engkau telah selesai, mohonkanlah kepada-Nya, niscaya permohonanmu akan diberikan. “ (HR. Abu Dawud, Al Hafizh Ibnu Hajar mmenghasankannya dan Ibnu Hibban menshahihkannya).

Apabila amalan-amalan sunnah ketika mendengar adzan tersebut dikumpulkan, maka seorang muslim telah melaksanakan sebanyak 25 sunnah.



Bilal bin Rabah




Basren. Blog. Bilal bin Rabah adalah budak Umayyah bin Khalaf seorang kafir yang
sangat memusuhi Islam. Bilal sering mendengarkan pembicaraan Umayyah sang majikannya dengan kawan-kawanya tentang Muhammad SAW dan agama baru yang dibawanya. Baru dipandang dari sudut lingkungan di mana ia tinggal. Bilal pun sering mendengarkan pembicaraan mereka tentang kemuliaan akhlaq Muhammad SAW, entah apa yang menyebabkan kebencian mereka , bahkan sikap keras mereka yang menantang. Bilal juga mendengar mereka berbisik-bisik mengenai sebab yang mendorong mereka  menentang dan memusuhinya. Pertama, adalah kesetiaan mereka terhadap kepercayaan yang diwariskan oleh nenek moyangnya, dan kedua adalah kekhawatiran mereka terhadap kedudukan Quraisy saat itu. Kedudukan yana mereka peroleh sebagai imbalan kedudukan mereka menjadi pusat keagamaan, kiblat peribadatan, dan ritual haji di seluruj Jazirah Arab. Alasan selanjutnya adalah kedengkian terhadap Bani Hasyim, mengapa Nabi dan Rasul itu muncul dari golongan ini dan bukan dari pihak mereka.
Suatu hari Bilal Bin Rabah melihat cahaya ilahi dan dari dalam lubuk hatinya yang suci murni timbul keingan untuk menyambut sebuah pilihan utama. Karena itulah, ia menjumpai Rasulullah SAW dan menyatakan masuk Islam. Tidak lama setelah itu, berita rahasia keislaman Bilal pun tercium dan beredar di kepala tuan-tuannya dari Bani Jumah, yakni kepala-kepala yang selama ini dikuasai oleh kesombongan dan ditindih oleh kecongkakan. Karena itu tidak aneh bila setan-setan di muka bumi bersarang di dalam dada Umayah bin Khalaf, hal ini merupakan tamparan bagi Umayah dan dapat menjatuhkan kehormatan mereka.
Akhirnya siksaan demi siksaan bertubi-tubi datang menghampiri Bilal bak air hujan yang menetes dari langit. Siksaan ini dilakukan setiap hari.
Pada suatu waktu Bilal dalam keadaan telanjang ia dibaringkan diatas bara, agar ia meninggalkan agamanya atau mencabut pengakuannya. Dan diwaktu yang lain ia dijemur dipadang pasir yang tandus bahkan batu disimpan diatas perutnya dan ia dipaksa untuk mengucapkan kalimat Tuhan mereka yaitu Lata dan ‘Uzza, tetapi keteguhan hatinya karena telah mendapatkan keimanan dan keyakinan yang benar, sehingga ia tidak mau mengucapkan kalimat apapun yang dapat membebaskan dirinya saat itu, walaupun bukan dari lubuk hatinya, Bilal hanya mengucapkan dengan berulang-ulang senandung yang abadi “ Ahad…..Ahad ! “. Para algojo itupun memaksanya, “ Katakanlah seperti yang kami katakana ! “, Bilal menjawab,  “ Lidahku tidak dapat mengucapkannya. “
Bila malam telah tiba, orang-orang itupun menawarkan kepadanya, “ Besok, ucapkanlah kata-kata yang baik terhadap Tuhan-Tuhan kami, sebutlah : Tuhanku Lata dan ‘Uzza, setelah itu kami lepaskan dan biarkan kamu sesuka hatimu. Kami letih menyiksamu, seolah-oleh kami sendirilah yang disiksa. “ Namun dapat dipastikan bahwa Bilal akan menggelengkan kepala dan mengucapkan : “Ahad…..Ahad ! “
Bahkan di waktu yang lain Bilal dibujuk seolah-olah mereka punya balas kasihan dihadapan Umayah dengan mengatakan, “ . Biarkanlah dia, wahai Umayah ! Demi Lata. ia tidak akan disiksa lagi setelah ini. Bilal adalah anak buah kita, bukankah ibunya budak kita ? Ia tentu tidak akan rela bila dengan keislamannya itu nama kita menjadi ejekan dan cemohan bangsa Quraisy. “
Waktu siang telah tiba dan tepat menjelang waktu Zuhur Bilal  pun dibawa orang ke padang pasir lagi. Bilal tetap sabar dan tabah, tenang dan tidak goyah. Saat mereka menyiksanya, tiba-tiba Abu Bakar Ash-Shiddiq datang dan berkata : “ Apakah kalian akan membunuh seorang laki-laki karena mengatakan, “ Rabbku ialah Allah ? “, kemudian ia berkata kepada Umayah bin Khalaf : “ Ambillah tebusan yang lebih besar daripada harganya dariku, lalu bebaskan ia. “.Maka mulai saat itu Bilal menjadi orang yang merdeka.
Bilal adalah seorang muazin yang pertama dalam Islam. Suaranya merdu dan empuk, Bilal mengisi hati dengan keimanan dan telingadengan keharuan, sementara seruannya menggemakan lafazh  kalimat adzan tersebut.
Dalam perang Badar bersama Rasulullah SAW  bila menerjang dangan gesitnya, sementara semboyan yang dititahkan oleh Rasulullah SAW adalah menggunakan ucapan “ Ahad…..Ahad….!.“
Suara Adzan terus mengumandang dari masjidnya Rasulullah SAW, sehingga wafatnya Rasulullah SAW.
Bilal bin Rabah meninggalkan Madinah pada saat pemerintahan Abu Bakar dan menetap di Syria. Pada suatu malam ia bermimpi berjumpa dengan Baginda Rasulullah SAW, Beliau bersabda : “ Wahai Bilal, masihkah kamu setia kepadaku ? Mengapa kau tidak pernah menziarahiku ?.” Bilal terhentak dan bangun dari tidurnya, dan besokya bergegas berangkat ke Madinah untuk menziarahi makam Rasulullah SAW. Setibanya di sana, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husin r.a memintanya untuk mengumandangkan adzan. Ia tidak dapat menolak permintaan ini, sebab Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husun adalah cucu kesayangan Rasulullah SAW. Tatkala suara adzan dikumandangkan, maka penduduk Madinah bergegas menuju Masjid karena mendengar adzan yang dikumandangkan seolah-oleh seperti zaman hidupnya Baginda SAW, sehingga deraian air mata menetes dari setiap mata penduduk Madinah pada saat itu.
Setelah tinggal beberapa hari di Madinah, ia pun kembali ke Syam. Dan pada tahun 20 H Bilal meninggalkan kita semua untuk selamanya, dan Insya Allah, apakah kita bisa bertemu dengan beliau di alam dimana semua orang-orang yang beriman akan menikmatinya yaitu surga yang telah disediakan oleh Allah SWT. Beliau wafat di Damaskus.
Referensi :
1.    Kitab “ FADHILAH AMAL “ oleh Syaikh Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi rah,a. Penerbit Pustaka Ramadhan, Tahun 2011.
2.    Buku “ BIOGRAFI 60 SAHABAT NABI SAW “ oleh Khalid Muhammad Khalid, Penerbit Ummul Qura, Cet. Ke IV Tahun 2016.





Buah Sifat Amanah



Basren Blog. Cerita ini berasal dari Damaskus yang menceritakan tentang sebuah masjid yang di dalamnya mengandung keberkahan, ketenangan dan keindahan.

 Di dalamnya ada seorang syaikh yang alim dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya untuk disampaikan kepada masyarakat di sekitarnya, beliau tinggal disitu sudah hampir tujuh puluh tahun, namanya syaikh Salim Al-Mastuhi. Kefakiranya menjadi contoh buat masyarakat tentang menahan diri dari sifat meminta-minta, hal ini beliau lakukan untuk kemuliaan jiwanya.

Salah satu kamar dalam masjid ditempati oleh seorang pemuda. Pada suatu hari pemuda ini menahan lapar sudah dua hari dan belum juga menemukan makanan, sedangkan uang sepeserpun dia tidak punya apa lagi barang yang akan dijual untuk membeli makanan.
Pada hari ketiga, rasa lapar tidak dapat ditahannya. Pemuda ini menguras pikiran apa yang harus dilakukannya, timbullah pemikirannya, bahwa dalam situasi seperti ini yaitu dalam keadaan terpaksa diperbolehkan memakan bangkai atau mencuri untuk sekedar memakan sesuap makanan.

Masjid At-Taubah, atapnya bersambung dengan beberapa rumah yang ada disampingnya, dengan demikian apabila akan kerumah sebelahnya dapat berjalan kaki melalui atap.
Pada hari itu pemuda ini naik ke atap masjid, kemudian berjalan melaui atap ke rumah sebelahnya. Dilihatnya di bawah banyak wanita, maka  segera ia memalingkan wajahnya dan terus menjauh dari rumah tersebut. Kemudian dia melihat kerumah sebelahnya lagi, ternyata sepi, dan tercium aroma masakan dari dalam rumah tersebut. Maka dengan tidak berpikir panjang lagi, ia pun turun melihat situasi seperti itu, sementara rasa laparnya kembali menggeliat sehingga perutnya semakin melilit. Di bukanya panci, ternyata di dalamnya ada terong yang telah dimasak.

Tanpa membaca apapun terus terong tersebut digigitnya tanpa memperdulikan panas masakan tersebut, ketika sedang menggigit timbul kesadarannya, dan ia berkata dalam hatinya, “ ‘Audzubillah ! Aku adalah penuntut ilmu dan tinggal  di sebuah masjid, pantaskah aku masuk ke rumah  orang dan mencuri ? “
Maka pemuda itu beristighfar dan menyesali perbuatannya itu, kemudian terong tersebut dikembalikanya ketempat semula.
Pemuda itu kembali ke  dalam masjid dan terus mengikuti pengajian yang diadakan oleh syaikh Salim, walaupun rasa lapar terus menghantuinya, dia terus mendengarkan pengajian ini.

Sekoyong-koyong datanglah seorang wanita kehadapan syaikh Salim, pada saat itu pengajian telah bubar dan semua muridnya telah kembali, yang tinggal hanya pemuda ini.
Wanita itu berbicara dengan syaikh Salim. Pemuda ini tidak mengerti apa pembicaraan tersebut, karena antara pemuda ini dengan syaikh Salim jaraknya cukup jauh. Tatapan mata  syaikh Salim mengarah kesekelilingnya, ternyata yang ada hanya pemuda ini. Maka dipanggilnyalah pemuda ini untuk mendekat.

“ Apakah kamu sudah menikah ? “ Tanya syaikh kepada pemuda ini saat dia mendekat.
“ Belum, “ jawab pemuda ini.
“ Apakah kau ingin menikah ? Tanya syaikh lagi.
Pemuda ini terdiam dan tertunduk, maka syaikh mengulangi lagi pertanyaannya lagi.
Maka pemuda ini terus menjawab, “ Ya, syaikh, tetapi untuk membeli roti saja akau tidak punya uang, bagaimana aku akan menikah ? ”
“ Wanita ini mengatakan bahwa suaminya telah meninggal. “ tukas syaikh  sambil menunjuk seorang wanita di sampingnya. “ Di kota ini dia adalah orang asing. Di sini dan di dunia ini dia tidak memiliki siapa-siapa lagi, kecuali seorang paman yang sudah tua renta dan miskin. “ sambil syaikh ini mengarahkan pandangannya ke seseorang yang sedang duduk di pojok masjid.

“ Dan wanita ini telah mewarisi rumah suaminya dan hasil penghidupannya, “ lanjut syaikh Salim lagi. “ Sekarang dia ingin seorang laki-laki yang mau menikahinya, agar dia tidak sendirian  dan tidak diganggu lagi oleh orang. Maukah engkau menikahi dengannya ? “
“ Ya’ “ jawab pemuda ini.
“ Apakah engkau menerimanya sebagai suamimu ? “ Tanya syaikh kepada wanita itu.
“ Ya. Aku menerimanya. “ jawab wanita itu.

Syaikh Salim kemudian memanggil orang tua yang ada di pojok masjid   dan mencari dua orang saksi . Setelah itu maka dilangsungkanlah akad nikah dengan wali pamannya yang pada saat itu berada dipojok masjid, dan syaikh Salim membayarkan mahar untuk muridnya itu.
“ Peganglah tangan istrimu. “ kata Syaikh Salim.
Kemudian pemuda itu terus menggandeng tangan istrinya, dan wanita itu terus mengajaknya  pulang kerumah. Sesudah itu keduanya masuk ke dalam rumah, dan istrinya membuka kain yang menutupi wajahnya, tanpak raut wajahnya cantik jelita dan masih muda.

Terbuai dengan kecantikan istrinya yang baru saja dinikahinya, dengan tidak sadar bahwa rumah yang dimasukinya adalah rumah yang sama dimasukinya tadi malam.
“ Apakah engkau ingin makan ? “ Tanya istrinya
“ Ya. “ jawab pemuda ini yang juga merupakan suami barunya.
Perempuan itu membuka tutup panci yang ada di dapurnya, dilihatnya ternyata terong itu ada tanpak bekas gigitan, lalu ia berkata “ Heran, siapa yang masuk ke sini dan menggigit masakan terong ini ? “ katanya terheran-heran.

Pemuda ini terkejut, kemudian dia menangis sambil menceritakan apa yang telah diperbuatnya di rumah ini samalam.

“ ini adalah dari , sifat amanah. “ tukas istrinya, “ Kau jaga kehormatanmu dan kau tinggalkan barang yang haram itu, lalu Allah berikan kepadamu rumah ini berikut pemiliknya dalam keadaan halal. Barang siapa yang meninggalkan sesuatu dengan ikhlas karena Allah, maka akan Allah ganti dengan yang lebih baik dari itu. “

Sumber : 1. Pemudaumat.blogspot.com
2. Buku “ Dongeng Anak Muslim “ oleh MB. Rahimsyah AR, Penerbit    Bintang Mulia, Surabaya, Tanpa Tahun.





Jumat, 23 Agustus 2019

Khutbah Jum'at : Hikmah Dibalik Musibah




Nah ini adalah Khutbah Jum’at yang saya bacakan pada tanggal 23 Agustus 2019 di Masjid Jami’ Desa Mentibar Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas.
Pembahasan saya kali ini tentunya tentang musibah yang sering melanda dalam kehidupan kita. Kita mengetahui bahwa kehidupan di dunia adalah tempat untuk manusia diuji keimanannya dan ketaqwaannya, melalui khutbah ini diharapkan setiap orang mengetahui hikmah dibalik musibah yang menimpa dirinya.
HIKMAH DI BALIK MUSIBAH
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِىْ اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِا لْهُدَى وَدِّيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ. اَرْسَلَهُ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا وَدِاعِياً اِلَى اللهِ بِاِذْنِهِ وَسَرَاجًا مُنِيْرًا. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً اُعِدُّهَا لِلِقَا ئِهِ ذَخْرًا. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَرْفَعُ الْبَرِيَّةِ قَدْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. (اَمَّا بَعْدُ) يَا اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ .  
Jama’ah jum’at rahimakumullah.
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan sebenar-benar taqwa, yakni taqwa yang dapat meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT baik dalam keadaan lapang atau senang maupun dalam keadaan susah atau sempit.
Shalawat serta salam kita aturkan semoga tercurah kepada Nabi junjungan alam, Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya serta  pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan kali ini khatib akan menyampaikan judul khutbah “ Hikmah dibalik Musibah”.
Jama’ah jum’at yang berbahagia.
Orang yang merenungi sunatullah tentu akan mengetahui bahwa cobaan merupakan salah satu sunah (ketetapan) Allah  yang bersifat kauniyah qadariyah (qadar Allah terhadap alam semesta). Allah SWT berfirman di dalam Surat Al-Baqarah ayat 155 :
  وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ  
 “ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. “
Sungguh keliru orang yang beranggapan, bahwa hamba Allah yang paling shaleh adalah orang yang paling jauh dari cobaan, bahkan cobaan merupakan tanda keimanan. Di dalam sebuah hadits disebutkan
Dari Mush’ab bin Sa’ad, dari bapaknya, ia berkata, “ Aku pernah bertanya kepada Rasulullah, “ Siapakah orang yang paling berat ujiannya ?” Beliau menjawab, “ Para Nabi, kemudian yang setelahnya dan setelahnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar keimanannya. Siapa yang imannya tinggi, maka ujiannya pun berat , dan siapa yang imannya rendah maka ujian disesuaikan dengan kadar imannya. Ujian ini akan tetap menimpa seseorang hamba sampai ia berjalan di bumi tanpa membawa dosa.” ( HR. Tirmidzi).
Disamping itu, cobaan adalah salah satu tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya, Rasulullah SAW bersabda :
اِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ , وَاِنَّ اللهَ تَعَالَى اِذَا اَحَبِّ قَوْ مًا ابْتَلَا هُمْ , فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَي, وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السِّخْطُ
“ Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya cobaan, dan Allah apabila mencintai suatu kaum , maka Allah akan menguji mereka. Barang siapa yang ridha, maka ia akan mendapatkan keridhaan-Nya dan barang siapa yang kesal terhadapnya, maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya.” ( HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Demikian juga cobaan merupakan salah satu tanda diberikan oleh Allah kebaikan kepadanya. Rasulullah SAW bersabda : “ Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya, maka Allah akan mempercepat hukuman di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan bagi hamban-Nya maka ditahan hukuman itu karena dosa-dosanya sehingga ia mendapatkan balasannya pada hari kiamat.” ( HR. Tirmidzi).
Dan sebagai penebus dosanya, meskipun bentuknya kecil. Rasulullah SAW bersabda :
“ Tidaklah  suatu musibah menimpa seorang muslim, melainkan Allah akan menggugurkan  dosa-dosanya, meskipun terkena duri.” (HR. Bukhari)
Sebaliknya jika seseorang diberikan dunia ini namun tetap bergelimang di atas kemaksiatan, maka ketahuilah bahwa yang demikian merupakan istidraj (penagguhan azab dari Allah). Rasulullah SAW bersabda ;
اِذَا رَاَيْتَ الله يُعْطِى الْعَبْدِ مِنَ الدُّ نْيَا عَلىَ مَعَا صِيْهِ مَا يُحِبُّ فَاِ نَّمَا هُوَ اِسْتِدْرَاجِّ ثُمَّ تَلاَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : "فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِۦ فَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ أَبۡوَٰبَ كُلِّ شَيۡءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُواْ بِمَآ أُوتُوٓاْ أَخَذۡنَٰهُم بَغۡتَةٗ فَإِذَا هُم مُّبۡلِسُونَ
“ Apabila kamu melihat Allah memberikan kenikmatan dunia yang disenangi kepada seorang hamba padahal ia berada di atas maksiat, maka sebenarnya hal itu adalah istidraj “, kemudian Rasulullah membacakan ayat “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa ( QS. Al-An’aam ayat 44). ( HR. Ahmad dengan Isnad yang jayyid, Shahihul Jami’ no. 561).
Oleh karena itu, seorang muslim yang tertimpa musibah, jika ia seorang yang shaleh, maka cabaan itu menghapuskan kesalahan-kesalahan yang lalu  dan mengangkat derajatnya. Namun jika ia seorang pelaku maksiat, maka cobaan itu akan menghapus dosa-dosanya dan sebagai peringatan terhadap bahaya dosa-dosa itu. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-A’raaf ayat 168 :
 وَبَلَوۡنَٰهُم بِٱلۡحَسَنَٰتِ وَٱلسَّيِّ‍َٔاتِ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُون
“ Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)”
Yakni agar kembali beribadah kepada Allah, mengingat-Nya dan bersyukur terhadapnya.
Jama’ah Jum’at rahimani rahimakumullah
Kalau tidak karena cobaan dan musibah dunia, niscaya manusia terkena penyakit kesombongan, ujub dan kerasnya hati. Padahal sifat-sifat ini merupakan kehancuran baginya di dunia maupun di akhirat. Diantara rahmat Allah, kadang-kadang manusia tertimpa musibah yang menjadi pelindung baginya dari penyakit-penyakit hati dan menjaga kebersihan ibadahnya. Maha suci Allah yang merahmati manusia dengan musibah dan ujian.
Maka ketahuilah, musibah yang diterima karena Allah semata, lebih baik bagi kita dari pada nikmat yang membuat kita lupa untuk mengingat kepada Allah SWT.
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ الْعَظِيْمِ. ونَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْه ِمِنَ الْاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْع ُاْلعَلِيْمُ. اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْم َلِي وَلَكُمْ وَلِسَا ءِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُوءْمِنِينَ وَالْمُوءْمِنَاتِ فَا سْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
                                                                                                                         



Senin, 19 Agustus 2019

Khutbah Jum'at : Mensyukuri Nikmat Umur





Postingan saya kali ini adalah  Khutbah Jum’at dengan judul “ Mensyukuri Nikmat Umur  “. Umur manusia di dunia menurut Nabi SAW panjangnya antara 60 – 70 tahun. Untuk itu mari kita hitung umur kita sekarang ,sudah berapa tahunkah sekarang kita terlahir  ke dunia ini ?, untuk apa saja kita gunakan ?.
Untuk itu  mari kita syukuri umur kita sekarang yang masih dapat menikmati kehidupan di dunia yang amat sebentar untuk meraih kehidupan yang kekal dan abadi. Allah SWT berfirman dalam Surat Al- ‘Asr ayat 1-3
وَٱلۡعَصۡرِ  .  إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ .   إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ  .
“ Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. “
MENSYUKURI NIKMAT UMUR
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Ma’asyiral Muslimin Rohimakumullah
Puji syukur kehadirat Allah SWT pada hari ini kita semua diberi nikmat sehat, sehingga kita semua dapat melaksanakan shalat jum’at berjamaah sebagai memenuhi panggilan Allah SWT sebagaimana difirmankan-Nya di dalam Al Qur’an Surat Al Jummah ayat 9 :
 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوۡمِ ٱلۡجُمُعَةِ فَٱسۡعَوۡاْ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِ وَذَرُواْ ٱلۡبَيۡعَۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ
 “ Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Salam dan shalawat kita aturkan keatas Nabi Junjungan Alam, Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat beliau, dengan tetes darah, perjuangan tanpa lelah dan harta benda , terus mendakwahkan kalimat LA ILA HA ILLAH MUHAMMAD DARRASULULLAH, sehingga sampailah kepada kita.
Dalam kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan khutbah dengan judul Mensyukuri Nikmat Umur.
Ma’asyiral Muslimin Yang Dirahmati Allah
Pertama-tama khatib mengajak jamaah semua terutama diri khatib yang dhaib ini, marilah kita tingkatkan taqwa kepada Allah dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan berusaha menjauhi segala larangan-Nya . Karena tidak ada keuntungan yang lebih besar melebihi taat kepada Allah dan tidak ada kerugian yang lebih besar melebihi maksiat kepada Allah.
Ma’asyiral Muslimin Yang Di Muliakan Allah
Kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas karunia Iman dan Islam, dengan Iman dan Islam ini hidup kita menjadi indah, kehidupan yang merupakan perjalanan menuju surganya Allah SWT, menuju kemuliaan yang kekal abadi yang selama-lamanya. Seumpama tidak ada Iman dan Islam maka kehidupan kita sangat mengerikan, kehidupan yang akan menuju ke nerakanya Allah SWT. Oleh karena itu mari kita syukuri nikmat Iman dan Islam dengan sepenuh hati. Kalaupun kita mempunyai umur sejuta tahun tidak cukup untuk mensyukuri nikmat ini, kalau kita korbankan seluruh kehidupan kita dan seluruh harta kita, belum cukup untuk membayar nikmat ini. Ini adalah nikmat yang paling besar yang Allah SWT berikan kepada hamba-hamba pilihan-Nya.
Kitapun bersyukur kepada Allah SWT, sebab sampai saat ini kita masih menjadi umatnya Muhammad SAW, sebab para Nabi yang semulia-mulia manusia ingin menjadi umat Muhammad SAW karena keuntungannya menjadi umat nabi Muhammad SAW diantaranya yaitu masuk dalam surga yang pertama sebelum umat-umat terdahulu, menjadi saksi atas umat-umat terdahulu dan nabi Muhammad dapat memberikan syafaat untuk umatnya. Oleh karena itu bagaimana kita mensyukurinya ? tidak ada jalan lain yaitu dengan menghidupkan sunah-sunahnya, meneruskan perjuangannya sehingga kita nanti diakhirat diakui sebagai umatnya.
Kita pun bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan umur panjang kepada kita, dimana kita lihat dan perhatikan teman kita yang kemarin masih ada, hari ini tidak ada bersama kita, ayah ibu kita kemarin masih ada tetapi hari ini tidak ada bersama kita. Oleh karena itu kita patut bersyukur kepada Allah masih diberikannya kesempatan untuk beramal kepada-Nya. Maka jangan sampai ada nafas yang keluar dari hidung kita, jangan sampai ada detik-detik dalam kehidupan ini tanpa amal, tanpa untuk membangun akhirat kita, dimana negeri akhirat adalah tempat yang kekal dan abadi. Dunia ini semua akan kita tinggalkan, sebentar lagi semua akan kita tinggalkan, kampung kita, rumah kita, sawah kita, kebun kita ,semua itu akan kita tinggalkan. Maka berpikirlah bagaimana kebun jadi amal, rumah jadi amal, harta jadi amal, sebelum ajal menjemput kita, kematian pasti datang.
Ma’asyiral muslim yang berbahagia
Dan apabila datang ajal berlakulah perjanjian dimana kita harus kembali ke hadapan Allah SWT, saat itulah terbaginya manusia menjadi dua golongan pula yaitu golongan yang merasa berbahagia dan golongan penuh penyesalan. Firman Allah SWT dalam Surat Az-Zumar ayat 42 :
 ٱللَّهُ يَتَوَفَّى ٱلۡأَنفُسَ حِينَ مَوۡتِهَا وَٱلَّتِي لَمۡ تَمُتۡ فِي مَنَامِهَاۖ فَيُمۡسِكُ ٱلَّتِي قَضَىٰ عَلَيۡهَا ٱلۡمَوۡتَ وَيُرۡسِلُ ٱلۡأُخۡرَىٰٓ إِلَىٰٓ أَجَلٖ مُّسَمًّىۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ
“ Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.”
Dari ayat diatas kita memperoleh pelajaran bahwasanya Allah SWT telah menentukan ajal seseorang, tidak mungkin Allah SWT mencepatkan atau melambatkan saat kedatangan ajal, itulah satu di antara kebesaran dan kekuasaan Allah SWT yang harus kita pikirkan.
Setelah kita menyadari terbatasnya umur kita, berarti terbatasnya kesempatan menikmati hidup di dunia, maka kita hendaknya bisa menggunakan umur itu dengan sebaik-baiknya.
Sebagai tujuan akhir dari semua urusan manusia adalah tercapai kebahagiaan abadi di sisi Allah SWT, yang sudah barang tentu memerlukan bekal serta persiapan semenjak tersedianya kesempatan hidup di masa sekarang. Firman Allah SWT di dalam Surat Al Baqarah ayat 197 :
    وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ
“ Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. “
Dalam ayat tersebut diatas sangat ditekankan bahwa bekal yang sebaik-baiknya ialah taqwa.
Kesempatan hidup yang sementara tidak jarang membuat orang keliru pandangan dan perhitungan, mereka mengira hanya di dunia inilah tempat kesenangan dan kenikmatan, sehingga seluruh usianya dicurahkan untuk mengejar kesenangan-kesenangan saja, mereka lupa bahwa kehidupan dunia adalah hakikatnya jembatan atau ladang bagi kehidupan di akhirat. Firman Allah SWT sebagaimana didalam Surat Al Qashash ayat 60 : 
 وَمَآ أُوتِيتُم مِّن شَيۡءٖ فَمَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَزِينَتُهَاۚ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيۡرٞ وَأَبۡقَىٰٓۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
“ Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, Maka itu adalah ke- nikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka Apakah kamu tidak memahaminya? “
Ma’asyiral Muslim yang dirahmati Allah
Oleh sebab itu sungguh akan menyesal kelak orang-orang yang hanya menghabiskan kesempatan hidupnya semata-mata untuk mencari kesenangan yang sementara dan penuh tipu daya itu. Mereka beranggapan bahwa yang benar adalah semua yang dapat dilihat dan dicapainya, sedang akhirat bagi mereka hanyalah dianggap sebagai dongeng-dongeng masa lampau sebagai gambaran hayalan belaka.
Sebaliknya bagi kita orang-orang beriman hendaknya kesempatan hidup sekarang dapat dipergunakan untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat. Untuk itu kita hendaknya menunjukkan perbuatan dan amaliyah yang nyata sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Firman Allah SWT di dalam Al qur’an Surat At Taubah ayat 71 :
 وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ سَيَرۡحَمُهُمُ ٱللَّهُۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ
“ Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Ayat tersebut diatas memberikan penjelasan yang tegas apa dan bagaimana seharusnya perbuatan dan tindakan orang-orang beriman dalam mempergunakan kenikmatan umurnya.
Cara mempergunakan nikmat umur adalah dengan beribadat kepada Allah dan beramal shaleh. Jika beribadat dan beramal shaleh telah kita laksanakan dengan benar tidak mustahil Allah akan memberikan janji-janji-Nya yang sangat menyenangkan , baik yang kita nikmati langsung di dunia maupun di akhirat nanti.
Untuk itu marilah kita tingkatkan taqwa kepada Allah dengan meningkatkan ibadat dan amal-amal shaleh sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah atas nikmat umur yang masih diberikannya kepada kita saat ini. Sebagaimana firman Allah di dalam Surat Ibrahim ayat 7 :
وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ  
“ Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Demikaian khutbah yang dapat kami sampaikan semoga bermanfaat bagi kita semua.
 بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ الْعَظِيْمِ. ونَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْه ِمِنَ الْاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْع ُاْلعَلِيْمُ. اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْم َلِي وَلَكُمْ وَلِسَا ءِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُوءْمِنِينَ وَالْمُوءْمِنَاتِ فَا سْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.







Kamis, 15 Agustus 2019

Perbedaan Iman, Islam, Dan Ihsan

Perbedaan Iman, Islam, Dan Ihsan

Basren Blog. Baik pada kesempatan kali ini saya akan membahas artikel tentang perbedaan Iman, Islam, Dan Ihsan. Sebelum membuat artikel ini sebelumnya di artikel pertama saya juga sudah membuat tentang Khutbah Idul Adha 1440 Hijriyah.

Kembali lagi tentang apa perbedaan Iman, Islam, Dan Ihsan. Bagi temen - temen semua yg masuk di madrasah Tsanawiyah atau MTs biasanya sudah mulai mempelajarinya. Namun bagi temen - temen dengan sekolah negri atau smp negeri saya sedikit kurang tau sudah mempelajarinya atau belum.

Bagi temen - temen yg masih belum mengerti atau masih bertanya - tanya tentang Iman, Islam, Dan Ihsan ini, berikut saya akan sedikit memberikan penjelasannya:

Perbedaan Iman, Islam, Dan Ihsan

Iman, Islam, Dan Ihsan adalah satu kesatuan yg tidak bisa kita pisahkan sebagai umat muslim. Kita mulai dari iman adalah sebuah keyakinan untuk kita sebagai umat muslim yg menjadi dasar akidah. 

Selanjutnya dalam kita sudah mencapai keyakinan tersebut atau iman, berikutnya kita lakukan dengan berbuatan salah satunya dengan 5 rukun islam. Kemudian dilakukan secara ihsan artinya sebagai upaya mendekatkan diri atau mencari ridho Allah SWT.

Bisa kita ibaratkan sebagai bangunan rumah kita mulai dari fondasinya atau dasarnya yaitu iman, lalu kemudian dengan tembok atau bangunan lainnya kita bisa ibaratkan sebagai islam, setelah itu pasti kita membutuhkan atap atau penutup bagian atas rumah kita yg bisa kita ibaratkan sebagai ihsan.
Jika salah satu dari itu tidak ada atau rusak pastinya tidak akan sempurna dan mudah roboh.

Untuk mempelajarinya yg pertama yaitu Iman bisa dipelajari melalui ilmu Tauhid, yg menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan aqidah. Yg berikunya Islam berupa praktek amal lahiriah disusun dalam ilmu Fiqh, yaitu ilmu mengenai perbuatan amal lahiriah manusia sebagai hamba Allah. Sedangkan untuk mempelajari Ihsan yaitu beribadah adalah bagian dari ilmu Tasawuf.

Kita sebgai umat muslim berusaha seharusnya untuk bisa dapat iman, islam, dan ihsan dalam setiap ibadah kita kepada Allah SWT. Kita sebagai manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah semata - mata untuk ibadah hanya karena Allah SWT dan menjahui larangan-Nya.

Mungkin dari penjelasan saya tersebut bisa sedikit membantu yg mencari tau perbedaan Iman, Islam, Dan Ihsan. 

Berikutnya saya akan sedikit membahas lebih mendalam tentang iman, islam, dan ihsan;

Islam adalah berserah diri sepeuhnya kepada Allah SWT dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya. 

Untuk rukun islam yaitu Syahadat, dengan mengucapkan , bersaksi, dan niat tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT, dan bahwa nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT, mendirikan sholat, meunaikan zakat, puasa ramadhan dan ibadah haji jika mampu. 

Iman adalah beriman kepada allah, malaikat - malaikat-Nya, kitab - kitab-Nya, rasul - rasul-Nya dan hari akhir dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk. 

Sedangkan ihsan adalah beribadah kepada Allah SWT seakan-akan hamba tidak melihat-Nya, namun Allah SWT melihat kita.

Rabu, 07 Agustus 2019

Khutbah Idul Adha 1440 Hijriyah


Pada konten pertama dalam website saya kali ini, saya akan membahas tentang Idul Adha 1440 H, yg akan jatuh tepatnya pada besok minggu tanggal 11 Agustus 2019. 

Selain pelajaran yg dapat kita ambil dari kisah idul adha ini. Masyarakat kebawah juga bisa langsung menikmatinya dalam bentuk daging kurban tersebut. Dalam artikel pertama kali ini saya akan membagikan sedikit khutbah tentang idul adha 1440 H, berikut;



Mentransformasi Pesan Moral ‘Idul Qurban 
Dalam Kehidupan Bernegara

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدُ لله الّذي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الرَّحْمَاتُ، أحمدُه سبحانَهُ وأشكُرُه، شَرَعَ لَنَا الأَعْيادَ، وَأَفَاضَ علَيْنا السُّرُورَ، ونَوَّرَ قلوبَ المؤمنين بنُورِالتقوى والحُبُوْرِ، وأشهد أنْ لا إله إلاّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اْلعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ، وأشهد أنّ سَيِّدَنا محمدًا عبدُه ورسولُه، أَرْسَلَهُ اللهُ تعالى بَيْنَ يَدَي السَّاعَةِ بَشِيْرًا ونَذِيْرًا، وَدَاعِيًا إلى اللهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنيرًا، فَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ، وأَدَّى الأَمَانَةَ، ونَصَحَ الأُمَّةَ، وجَاهَدَ في الله حقَّ جِهادِه حتَّى أتاهُ اليقين، فصلواتُ اللهِ وسَلَامُه عليهِ، وعلى آله الطَّاهِرِيْن، وصَحَابَتِهِ الطَيِّبِيْنَ، والتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بإِحْسَانٍ إلى يومِ الدِّين.
أمّا بعد: فيا أيها المسلمون، اتَّقُوْااللهَ تعالى حقَّ التَّقْوَى فَإِنَّ أَكْرَمَ الْعِبَادِ عِنْدَ رَبِّهِ الأَتْقَى.
قال تعالى: (يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ)(يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا)
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر.
الله أكبركبيرًا والحمد لله كثيرًا وسبحان الله بكرة وأصيلا، لا إله إلاّ الله وحده، صدق وعده، ونصر عبده، وأعزّجنده وهزم الأحزاب وحده. لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ.  
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
                                                   
kaum Muslimin dan Muslimat rahimakumullah
Di pagi yang penuh berkah ini, di balik hati yang cerah ceria, kita kembali mengumandangkan takbir berulang-ulang, sebagai pernyataan yang tulus dan ikhlas akan kebesaran dan keagungan Allah SWT, sekaligus  sebagai pengakuan bahwa kita adalah hamba yang teramat kecil, sangat lemah dan penuh keterbatasan. Kita memuja dan memuji kepada-Nya sebagai wujud kesyukuran atas segala limpahan nikmat dan rahmat-Nya yang tak terhingga. 
Banyaknya karunia Allah yang kita rasakan membuat hati kita terenyuh. Besarnya tanda-tanda kekuasaa-Nyamenjadikan hati kita tersentuh. Tanpa terasa bibir kita tergerak untuk melantunkan takbir, tahmid dan tahlil dengan khusyu’.  Pada saat kita menggunakan nikmat untuk mendekatkan diri kepada-Nya, kita merasakan ada nikmat yang ditambahkan. Kita semakin merasakan kelembutan belaian kasih sayang-Nya. Hati ini pun terasa lapang dan damai. 
Alhamdulillah, kita kembali merasakan kegembiraan dan kebahagiaan dalam suasana Idul Adha pada hari ini. Bukan untuk berpesta pora, tetapi untuk melakukan muhasabah dan mengambil ibrah dari perintah berkurban dan beribadah  haji untuk mengenang kembali peristiwa bersejarah yang  dilakonkan oleh Nabiyullah Ibrahim ’alaihissalam bersama  Isterinya, Siti Hajar dan anaknya Ismail ’alaihissalam.                                                                                                   
Kehidupan Nabi Ibrahim benar-benar sarat dengan keteladanan yang patut diikuti untuk  mendapatkan kehidupan yang bersih dan bebas dari  kesemrawutan dan kebrutalan yang melanda dunia saat ini. Beliau adalah sosok pemimpin yang sangat konsen dan sabar dalam melahirkan generasi dan membina kader yang  diharapkan menjadi pemimpin masa depan.
Pada usia perkawinan yang sudah sangat senja, di saat  beliau dan istri sudah tua, anak yang ditunggu sebagai  generasi pelanjut belum juga dikaruniakan. Dalam  penantian yang panjang seperti itu, tidaklah menyebabkan Nabiyullah Ibrahim As berputus asa dari Rahmat Allah SWT. Beliau tetap istiqamah, terus menerus berdo'a dan  memohon kepada-NYA agar dianugerahi keturunan yang shaleh. Beliau selalu  berdo’a Robbi habli minassholihin, Robbi habli minassholihin, Robbi habli minassholihin”, Wahai Tuhan-ku karuniakanlah kepadaku anak yang shaleh. Akhirnya  Allah menganugrahkan kepadanya seorang anak yang diberi nama Ismail As. 
Baru saja menikmati kebahagiaan dengan kelahiran  putranya Ismail, Allah lalu memerintahkan kepada Nabi  Ibrahim As untuk membawa dan menempatkan istri dan  anaknya di dekat Baitullah. Hal ini disebutkan Allah dalam  firman-Nya:
رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ 
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah menempatkan  sebagian dari keturunanku di sebuah lembah yang tiada  tanam-tanamannya, di dekat rumah Mu (Baitullah) yang disucikan, Ya Tuhanku (yang demikian  itu) agar mereka mendirikan shalat”. (QS. Ibrahim: 37)
Lihatlah bagaimana sosok Nabiyullah Ibrahim As diuji oleh  Allah dengan ujian yang sangat berat.  Beliau diperintahkan untuk  berpisah dengan keluarganya, bahkan disuruh untuk menempatkan istri yang baru melahirkan dan anaknya yang masih merah di sebuah tempat yang gersang, bahkan sangat gersang. Para ahli tafsir menggambarkan, saking  gersangnya tempat itu sampaisampai rumputpun tidak  tumbuh sama sekali. Istri ditinggal sendiri tanpa suami dan  sanak keluarga, tanpa pembantu dan tetangga. Ditinggal di gurun pasir yang panas dan bukit batu yang ganas. 
Dalam kondisi seperti itu Siti Hajar tidak berputus asa.  Ketika semua perbekalannya telah habis, demi  keberlangsungan hidup anaknya dan demi kasih seorang ibu kepada anaknya, iapun berlari mencari air dari bukit shafa  ke bukit marwa. Setelah perjuangannya telah mencapai  titik optimal, Allah Yang Maha Pengasih dan Maha  Penyayang menurunkan bantuanNya dengan mengeluarkan mata air di dekat kaki Ismail. Mata air itu kemudian kita  kenal dengan sumur zamzam yang mengalir dan dapat  dinikmati jutaan kaum muslimin hingga saat ini.
Sungguh benar janji Allah, fainna ma’al-‘usyri yusra, inna  ma’alusyri yusra. Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sungguh bersama kesulitan itu ada  kemudahan. 
Para muslimah patut meneladani Siti Hajar karena beliau  adalah sosok isteri yang  yang tabah menghadapi ujian  kehidupan yang sangat berat. Isteri yang setia mendampingi suami dalam suka dan duka. Isteri yang selalu mendukung  perjuangan suami dalam menegakkan kebenaran. Beliau  juga seorang ibu yang ikhlas mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Ibu yang memiliki perhatian besar terhadap masa depan putra-putrinya. 
Allahu Akbar  3X, walillahilhamd !
Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah
Tatkala Ismail, Sang generasi pelanjut yang telah lama  dinantikan telah mencapai umur sanggup “membantu dan  berusaha bersama ayahnya”, umur yang sudah bisa diajak  bertukar pikiran untuk mencari penyelesaian problem yang ada, umur dimana Ismail telah menampakkan tanda-tanda keshalehan dan kekaderannya, umur yang sangat  menyenangkan untuk diajak jalan bersama, yang oleh      Al-Qur’an disebut dengan ma'ahus sa'ya, datanglah ujian  keimanan berikutnya. Allah Yang Maha Pengasih dan  Penyayang, Allah yang tidak pernah berbuat dzalim  kepada hamba-Nya, memerintahkan kepada Nabi Ibrahim As untuk  menyembelih putra tercinta, putra tunggal, harapan satu-satunya yang menjadi pelanjut risalah perjuangannya. 
Cinta orang tua kepada Anak, harapan pemimpin kepada  kader pelanjut perjuangan, dan rasa belas kasih seorang  hamba diperhadapkan dan dibenturkan dengan ketaatan  dan kepasrahan kepada kehendak dan perintah Allah Yang Maha Kuasa. 
Nabi Ibrahim As  menyadari bahwa hidup ini harus selalu  dalam ketaatan kepada Allah Yang Maha Kuasa, Maha  Pengasih lagi Maha Penyayang. Ketaatan kepada Allah  adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar. Apapun pengorbanan yang diminta, apapun    resiko  yang harus ditanggung, perintah Allah itulah yang terbaik,  perintah Allah itulah yang harus didahulukan dan ditaati.  Bahkan sampai pada tingkat dimana perintah itu dalam   pandangan kita terasa dan terlihat seperti sesuatu yang  sangat tidak wajar, tidak masuk akal, bahkan tidak manusiawi, harus dan wajiblah kita sebagai seorang yang mengaku  beriman untuk mengatakan “Sami’na wa ‘Atha’na – kami dengar dan kami patuhi”. 
Menyadari akan hal tersebut, Nabi Ibrahim pun menajamkan aqidah dan keyakinannya untuk mewujudkan perintah itu. Beliau kemudian menyampaikan perintah Allah tersebut  kepada putranya, Ismail As. Di luar dugaan, beliau  mendapatkan jawaban dan respon yang luar biasa. Tatkala beliau mengatakan kepada putranya Ismail: “Wahai anakku sungguh aku melihat dalam mimpiku bahwa aku  diperintahkan Allah untuk menyembelihmu, maka   kemukakanlah bagaimana pendapatmu?. Dengan tegas,  sopan dan penuh keyakinan kepada Rahmat dan Kasih  Sayang Allah SWT, Ismail As menampakkan bukti keshalehannya,  dengan mengatakan: 
قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ ﴿١٠٢﴾
"Wahai ayah, laksanakanlah apa yang diperintahkan Tuhan kepada ayah, Insya Allah ayah akan mendapati saya dalam  keadaan sabar".(As-Shaffat;102)
Allahu Akbar  3X, walillahilhamd !
Ikhwanie kaum Muslimin yang berbahagia.
Jawaban yang dilontarkan oleh Ismail ini adalah gambaran  keberhasilan sebuah proses pendidikan, yaitu pendidikan  tauhid, sebuah pendidikan yang telah dilakoni dengan  gemilang oleh Nabiyullah Ibrahim dalam keluarga beliau.  Pendidikan tauhid ini menjadikan Ismail mampu  menjalankan perintah Allah hingga dengan resiko  pengorbanan nyawa. 
Keteguhan hati dan kepasrahan yang tinggi bagi Ismail untuk menerima perintah Allah yang sangat berat itu, disebabkan karena keberhasilan kedua orang tuanya menanamkan  ketauhidan dalam jiwanya. 
Keberhasilan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam di dalam mendidik dan mengkader anaknya bukanlah pekerjaan ringan,  yang  bisa didapatkan dalam waktu yang singkat saja. Hal itu  merupakan pekerjaan berat yang butuh waktu panjang.  Nabi Ibrahim secara terus menerus memberikan contoh  peragaan ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya dalam segala hal. Peragaan inilah yang selalu ditangkap dan d ihayati oleh putranya Ismail sehingga terpatri dalam  jiwanya.   

Sekarang mari kita tanya diri kita. Sudahkah kita memberi  keteladanan yang baik kepada anak-anak kita? Sudahkah kita mendoakan mereka setiap selesai  shalat agar menjadi anak-anak yang shaleh? Sudahkah kita menyelamatkan mereka dari lingkungan yang rusak? Kehidupan yang saat ini dibanjiri informasi pornografi, entertainment, godaan dunia yang melalaikan dan berbagai macam bentuk kemaksiatan, sungguh merupakan tantangan yang sangat berat. Kita dikepung dengan gaya hidup hedonisme yang mengejar kenikmatan dunia dengan segala cara. Jika kita tidak sungguh-sungguh menyelamatkan anak dan keluarga kita, bisa jadi kita terseret arus global ini. 



Sungguh sangat menyedihkan dan memprihatinkan. Peristiwa tawuran antar remaja, pelajar bahkan mahasiswa yang sering terjadi akhir-akhir ini, hingga mengakibatkan korban jiwa. Lebih menyedihkan lagi, ketika menteri Pendidikan, Muhammad Nuh mengorek pengakuan seorang pelajar yang telah membunuh temannya dalam tawuran tersebut, ia mengaku “puas” atas perbuatannya. Na’udzu billah tsumma na’udzubillah.  Kenyataan ini membuktikan bahwa pendidikan yang hanya memacu kecerdasan otak dan mengejar prestasi akademik semata, sungguh tidak memadai. Mereka membutuhkan pendidikan karakter dan pembinaan keagamaan. 
Memang untuk mendapatkan generasi sebagaimana yang kita harapkan, memerlukan perhatian dan pengorbanan yang sangat besar, bahkan harus diiringi dengan kesabaran dan keikhlasan yang tinggi. Makanya sangat aneh jika kita merindukan lahirnya kader pelanjut yang didambakan, sementara perhatian dan pengorbanan yang diberikan untuk itu masih kurang. Atau mungkin pengorbanan dan perhatian sudah cukup besar, tapi belum proporsional. Perhatian dan pengorbanan yang diberikan lebih banyak kepada hal-hal yang bersifat materi, bukan pada spirit dan ruhaninya, bukan pembekalan spirit kepemimpinan dan hal-hal yang bersifat transenden. 
Anak-anak kita perlu mendapatkan perhatian yang serius dari kita para orang tua, guru dan pemerintah. Jangan sampai hanya aspek intelektualnya yang diperhatikan, tetapi mental dan spritualnya memprihatinkan. Jangan kita bangga dengan pendidikan yang hanya memacu kecerdasan otaknya, tapi semakin hari semakin rusak akhlaknya, semakin jauh dari agamanya.  
Kita sangat mendambakan generasi yang bertauhid dan berkarakter, berakhlak mulia dan tekun beribadah, anak yang patuh dan hormat kepada orang tua. Kita mengharapkan kader yang selalu siap pakai, siap menghadapi benturan dan tantangan hidup, memiliki etos kerja yang tinggi, bekerja dengan penuh dedikasi, memiliki banyak inisiatif dan siap berkorban sebagaimana contoh yang telah diperagakan oleh sosok Nabi Ibrahim As dan keluarganya, Siti Hajar dan Ismail As. 
Allahu Akbar  3X, walillahilhamd !
Ikhwanie Muslimin dan Muslimat yang dirahmati Allah
Pesan inti yang terkandung dalam syariat qurban tidak lain adalah bagaimana kita meningkatkan spirit dan semangat berkorban dalam kebaikan dan kebenaran. Makna dan hakikat kurban bukan sekedar menyembelih hewan kemudian dagingnya disedekahkan kepada fakir miskin. Tidak juga berarti bahwa daging dan darahnya yang akan sampai kepada Allah SWT. Namun yang menjadi penilaian bagi Allah adalah kualitas takwa yang dihasilkan dari ibadah kurban itu sendiri. Allah berfirman:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ
”Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu” (QS. Al Hajj: 37)
Dengan demikian ibadah kurban merupakan konsekuensi iman dan takwa kepada Allah SWT. Dalam konteks sejarah, dimana umat Islam menghadapi berbagai cobaan, makna pengorbanan amat luas dan mendalam. Rasulullah s.a.w. dan para sahabatnya yang berjuang menegakkan Islam di muka bumi ini memerlukan pengorbanan yang teramat berat sebagaimana diderita oleh umat Islam di Mekkah ketika itu. 
Umat Islam disiksa, ditindas, dan sederet tindakan keji lainnya dari kaum kafir Quraisy. Rasulullah sering dihina dan dicacimaki, beliau pernah ditumpuki batu oleh penduduk Thaif, dianiaya oleh kafir Quraisy, Abu Lahab dan Abu Jahal memperlakukan beliau dengan kasar dan kejam. Para sahabat seperti Bilal bin Rabah ditindih dengan batu besar di tengah sengatan terik matahari, Yasir dibantai, dan seorang ibu yang bernama Sumayah, ditusuk kemaluannya dengan sebatang tombak. 
Tak hanya itu, keluarga Rasulullah saw dibaikot dan diasingkan. Berbulan-bulan mereka harus menangung penderitaan yang luar biasa. Untuk mempertahankan hidup keluarga beliau saw terpaksa memakan kulit kayu, daun-daun kering bahkan kulit-kulit  bekas. 
Dalam konteks kekinian, pengorbanan umat Islam di berbagai belahan dunia terlihat nyata di Palestina dimana mereka memikul  beban yang sangat berat. Mereka mengalami blokade, penyiksaan, penganiayaan dan pembataian oleh Zionis Israel. Akan tetapi bagi mereka tidak ada kata menyerah, mereka terus berjuang membela martabat dan kehormatan bangsa dan agamanya. 
Demikian halnya penderitaan dan pengorbanan yang dialami oleh saudara-saudara kita, komunitas muslim Rohingya di Myammar. Dengan sikap dan keyakinan mereka terhadap Islam, mereka harus mengalami berbagai penyiksaan, diskriminasi, penindasan dan pembunuhan oleh  masyarakat dan penguasa yang berbeda keyakinan.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa pertarungan antara al-haq dan al-bathil tidak pernah berakhir. Permusuhan orang kafir terhadap Islam dan kaum muslimin akan terus berlanjut hingga akhir zaman. Kasus pelecehan dan penghinaan terhadap Rasulullah s.a.w. melalui film ”innocence of muslim” di Amerika dan pembuatan carton baginda di Perancis adalah bukti nyata kebencian mereka terhadap Islam. Tindakan seperti ini mereka lakukan sebagai wujud kekhawatiran terhadap kebangkitan Islam. Mereka terus berusaha memadamkan cahaya Islam di muka bumi ini. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
”Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya”. (Ash-Shaff : 8)
Menyikapi berbagai kasus seperti ini, umat Islam diharapkan agar tidak terprovokasi. Kita sepakat untuk mengutuk perilaku pelecehan terhadap baginda Rasulullah s.a.w. dan menuntut agar pelakunya dikenai hukuman seberat-beratnya. Namun lebih dari itu mari kita menyatukan langkah untuk menghadapi mereka dengan strategi yang terencana dan tindakan yang cerdas bukan dengan cara anarkis dan sporadis. 
Mari kita hasilkan karya dan prestasi untuk membuktikan kemampuan umat Islam. Mari kita tampilkan akhlakul karimah untuk menunjukkan keindahan Islam. Mari kita amalkan al-Qur’an dan Sunnah untuk membuktikan keagungan syariat Allah. Mari kita galang persatuan kaum muslimin untuk membangun kekuatan ummat. Mari kita tingkatkan pengorbanan kita agar Allah berkenan menurunkan pertolongan-Nya. 
Kita berharap kasus demi kasus yang melecehkan Islam, konspirasi global untuk menyudutkan kaum muslimin dan berbagai tragedi memilukan yang terjadi di negeri-negeri Islam semoga dapat menyentakkan umat Islam untuk bangkit berjuang lebih maksimal lagi. Kita pun berharap agar revolusi yang terjadi di Timur Tengah baru-baru ini menjadi titik awal kebangkitan ummat. Kita mendoakan dan mendukung terwujudnya kerja sama dan persatuan yang kokoh di antara Negara-negara Islam sedunia.       
Allahu Akbar 3X, walillahilhamd.
Saudara-saudara kaum Muslimin rahimakumullah.
Pengorbanan dalam konteks kehidupan saat ini, bisa dilihat dari seorang pemimpin yang berusaha untuk menyejahterakan rakyatnya, pemimpin yang adil dan berusaha memberikan kontribusi bagi negaranya. Pengorbanan seorang suami sebagai kepala rumah tangga, berjuang membanting tulang demi menafkahi dan menyelamatkan keluarganya. Kesetiaan seorang istri terhadap suaminya juga merupakan wujud pengorbanan. Orang tua mendidik dan membesarkan anak-anaknya sehingga menjadi sukses dan berhasil, juga wujud pengorbanan. Dengan demikian, pengorbanan bisa berdimensi luas. Pengorbanan merupakan konsekuensi logis dari keyakinan yang diperjuangkan demi sebuah kebenaran. 
Kesanggupan Nabi Ibrahim As menyembelih anak kandungnya sendiri Nabi Ismail, bukan semata-mata didorong oleh perasaan taat setia yang membabi buta, tetapi meyakini bahwa perintah Allah S.W.T. itu harus dipatuhi. Bahkan Allah Ta’ala memberi perintah seperti itu sebagai peringatan kepada umat yang akan datang agar siap mengorbankan diri, keluarga dan harta benda yang disayanginya demi menegakkan perintah Allah. 
Hidup adalah perjuangan dan setiap perjuangan pasti memerlukan pengorbanan.  Pengorbanan Nabi Ibrahim bersama keluarganya patut selalu direnungi dan diteladani oleh semua manusia dari semua level usia dan latar belakang tingkat pendidikan. Karena semangat berkorban adalah tuntutan paling besar yang ada dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun, agama bangsa dan negara.
Allahu Akbar 3X, walillahilhamd.
Saudara-saudara kaum Muslimin rahimakumullah.
Nabi Ibrahim juga dikenal sebagai manusia yang patut diteladani dari segi kedermawanannya. Dicatat dalam sejarah bahwa Nabi Ibrahim adalah manusia yang paling senang menerima tamu. Kalau tiba waktu makan dan tidak ada orang yang ditemani makan dia keliling mencari teman makan. Nabi Ibrahim dikenal sebagai orang yang paling senang membantu kepada sesama manusia. Kebiasaannya yang seperti inilah yang membuat orang sangat senang kepadanya. 
Sifat dermawan ini hendaknya menjadi warna dari kehidupan seorang muslim. Karena lewat jiwa-jiwa yang dermawan inilah dakwah Islam dapat dikembangkan lebih maksimal dan dapat mengentaskan kemiskinan. Pada zaman Rasulullah s.a.w. kedermawanan para sahabat yang dikaruniai kekayaan materi itulah yang menopang perjuangan risalah Islam sehingga kita dapat menikmatinya hingga saat ini.
Kita harus meyakini bahwa dengan berkorban di jalan Allah melalui infaq fi sabilillah, kita tidak akan menjadi miskin dan harta pun tidak akan berkurang, tetapi justru akan memberikan tambahan keberkahan. Rasulullah s.a.w. bersabda yang artinya:
Setiap hari dua malaikat turun kepada seorang hamba. Salah satunya berdoa: "Ya Allah berilah pengganti dari harta orang yang berinfaq" Dan yang lain berdoa: "Ya Allah binasakanlah harta orang yang tidak mau berinfaq" (HR. Bukhari-Muslim)
  
Memang terbukti bahwa perjalanan hidup orang yang pemurah dan dermawan  akan dilapangkan rezekinya dan  diberikan kebahagiaan dalam kehidupannya. Oleh karenanya, bagi kita yang memiliki kelapangan rezeki pada hari ini, marilah kita  mengambil bagian dari kewajiban ber-qurban. Masih ada waktu hingga 3 hari sesudah ini. Allah SWT mengingatkan kepada kita:
    (3) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ  (2) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (1) إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu pemberian yang banyak . Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah. Sesunguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang binasa”. (S.Al-Kautsar : 1 – 3)
Ayat ini bukan hanya sekedar memerintahkan kita memotong hewan kurban, tapi juga memberi jaminan bahwa dengan menegakkan dan memperbaiki shalat  menjadi alasan bagi Allah untuk membela kita dan menghancurkan lawan-lawan Islam. 
Kini Allah menuntut kesiapan kita untuk berkorban lebih maksimal lagi demi menggapai ridha-Nya. Pengorbanan harta, raga, jiwa, waktu dan pikiran kita demi terbangunnya Peradaban Islam dan tegaknya dinullah di muka bumi. Hanya dengan pengorbanan, kita akan meraih kemuliaan hidup  di dunia dan di akhirat. Hanya dengan perjuangan dan pengorbanan, pertolongan Allah akan datang dan kemenangan akan diraih. 
Semoga Allah SWT memberkati kita semua. Untuk itu marilah kita berdo'a :
الحـمد للـه رب العـالمـين، و الصلاة و السلام على نبينـا محمد والـه وصحبه اجمعين.
أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا .اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْينَا الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى إليها مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرّ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا، وَوُلاَةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَوَفِّقْهُمْ جَمِيْعًا لِتَحْكِيْمِ شَرِيْعَتِكَ، وَالْعَمَلِ بِكِتَابِكَ، وَالالْتِزَامِ بِسُنَّةِ نَبِيِّكَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللهم بِعزَّتِكَ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالُمسْلمِينَ، وأذِلَّ الشِّركَ والمشركين. اللهم انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُجَاهِدِيْنَ على أَعْدَائِكَ أَعْدَاءِ الدِّيْنَ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَائَنَا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَآ أَوْ اَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ  رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. 

 والسلام عليكم ورحمة الله وبركاتُهُ

Sekian yang bisa saya berikan pada artikel kali ini semoga bermanfaat.