kode iklan

Jumat, 23 Agustus 2019

Khutbah Jum'at : Hikmah Dibalik Musibah




Nah ini adalah Khutbah Jum’at yang saya bacakan pada tanggal 23 Agustus 2019 di Masjid Jami’ Desa Mentibar Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas.
Pembahasan saya kali ini tentunya tentang musibah yang sering melanda dalam kehidupan kita. Kita mengetahui bahwa kehidupan di dunia adalah tempat untuk manusia diuji keimanannya dan ketaqwaannya, melalui khutbah ini diharapkan setiap orang mengetahui hikmah dibalik musibah yang menimpa dirinya.
HIKMAH DI BALIK MUSIBAH
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِىْ اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِا لْهُدَى وَدِّيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ. اَرْسَلَهُ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا وَدِاعِياً اِلَى اللهِ بِاِذْنِهِ وَسَرَاجًا مُنِيْرًا. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً اُعِدُّهَا لِلِقَا ئِهِ ذَخْرًا. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اَرْفَعُ الْبَرِيَّةِ قَدْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. (اَمَّا بَعْدُ) يَا اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ .  
Jama’ah jum’at rahimakumullah.
Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan sebenar-benar taqwa, yakni taqwa yang dapat meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT baik dalam keadaan lapang atau senang maupun dalam keadaan susah atau sempit.
Shalawat serta salam kita aturkan semoga tercurah kepada Nabi junjungan alam, Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya serta  pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan kali ini khatib akan menyampaikan judul khutbah “ Hikmah dibalik Musibah”.
Jama’ah jum’at yang berbahagia.
Orang yang merenungi sunatullah tentu akan mengetahui bahwa cobaan merupakan salah satu sunah (ketetapan) Allah  yang bersifat kauniyah qadariyah (qadar Allah terhadap alam semesta). Allah SWT berfirman di dalam Surat Al-Baqarah ayat 155 :
  وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ  
 “ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. “
Sungguh keliru orang yang beranggapan, bahwa hamba Allah yang paling shaleh adalah orang yang paling jauh dari cobaan, bahkan cobaan merupakan tanda keimanan. Di dalam sebuah hadits disebutkan
Dari Mush’ab bin Sa’ad, dari bapaknya, ia berkata, “ Aku pernah bertanya kepada Rasulullah, “ Siapakah orang yang paling berat ujiannya ?” Beliau menjawab, “ Para Nabi, kemudian yang setelahnya dan setelahnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar keimanannya. Siapa yang imannya tinggi, maka ujiannya pun berat , dan siapa yang imannya rendah maka ujian disesuaikan dengan kadar imannya. Ujian ini akan tetap menimpa seseorang hamba sampai ia berjalan di bumi tanpa membawa dosa.” ( HR. Tirmidzi).
Disamping itu, cobaan adalah salah satu tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya, Rasulullah SAW bersabda :
اِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ , وَاِنَّ اللهَ تَعَالَى اِذَا اَحَبِّ قَوْ مًا ابْتَلَا هُمْ , فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَي, وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السِّخْطُ
“ Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya cobaan, dan Allah apabila mencintai suatu kaum , maka Allah akan menguji mereka. Barang siapa yang ridha, maka ia akan mendapatkan keridhaan-Nya dan barang siapa yang kesal terhadapnya, maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya.” ( HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Demikian juga cobaan merupakan salah satu tanda diberikan oleh Allah kebaikan kepadanya. Rasulullah SAW bersabda : “ Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya, maka Allah akan mempercepat hukuman di dunia. Dan apabila Allah menginginkan keburukan bagi hamban-Nya maka ditahan hukuman itu karena dosa-dosanya sehingga ia mendapatkan balasannya pada hari kiamat.” ( HR. Tirmidzi).
Dan sebagai penebus dosanya, meskipun bentuknya kecil. Rasulullah SAW bersabda :
“ Tidaklah  suatu musibah menimpa seorang muslim, melainkan Allah akan menggugurkan  dosa-dosanya, meskipun terkena duri.” (HR. Bukhari)
Sebaliknya jika seseorang diberikan dunia ini namun tetap bergelimang di atas kemaksiatan, maka ketahuilah bahwa yang demikian merupakan istidraj (penagguhan azab dari Allah). Rasulullah SAW bersabda ;
اِذَا رَاَيْتَ الله يُعْطِى الْعَبْدِ مِنَ الدُّ نْيَا عَلىَ مَعَا صِيْهِ مَا يُحِبُّ فَاِ نَّمَا هُوَ اِسْتِدْرَاجِّ ثُمَّ تَلاَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : "فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِۦ فَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ أَبۡوَٰبَ كُلِّ شَيۡءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُواْ بِمَآ أُوتُوٓاْ أَخَذۡنَٰهُم بَغۡتَةٗ فَإِذَا هُم مُّبۡلِسُونَ
“ Apabila kamu melihat Allah memberikan kenikmatan dunia yang disenangi kepada seorang hamba padahal ia berada di atas maksiat, maka sebenarnya hal itu adalah istidraj “, kemudian Rasulullah membacakan ayat “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa ( QS. Al-An’aam ayat 44). ( HR. Ahmad dengan Isnad yang jayyid, Shahihul Jami’ no. 561).
Oleh karena itu, seorang muslim yang tertimpa musibah, jika ia seorang yang shaleh, maka cabaan itu menghapuskan kesalahan-kesalahan yang lalu  dan mengangkat derajatnya. Namun jika ia seorang pelaku maksiat, maka cobaan itu akan menghapus dosa-dosanya dan sebagai peringatan terhadap bahaya dosa-dosa itu. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-A’raaf ayat 168 :
 وَبَلَوۡنَٰهُم بِٱلۡحَسَنَٰتِ وَٱلسَّيِّ‍َٔاتِ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُون
“ Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)”
Yakni agar kembali beribadah kepada Allah, mengingat-Nya dan bersyukur terhadapnya.
Jama’ah Jum’at rahimani rahimakumullah
Kalau tidak karena cobaan dan musibah dunia, niscaya manusia terkena penyakit kesombongan, ujub dan kerasnya hati. Padahal sifat-sifat ini merupakan kehancuran baginya di dunia maupun di akhirat. Diantara rahmat Allah, kadang-kadang manusia tertimpa musibah yang menjadi pelindung baginya dari penyakit-penyakit hati dan menjaga kebersihan ibadahnya. Maha suci Allah yang merahmati manusia dengan musibah dan ujian.
Maka ketahuilah, musibah yang diterima karena Allah semata, lebih baik bagi kita dari pada nikmat yang membuat kita lupa untuk mengingat kepada Allah SWT.
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ الْعَظِيْمِ. ونَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْه ِمِنَ الْاَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْع ُاْلعَلِيْمُ. اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْم َلِي وَلَكُمْ وَلِسَا ءِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُوءْمِنِينَ وَالْمُوءْمِنَاتِ فَا سْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
                                                                                                                         



Tidak ada komentar:

Posting Komentar