Basren. Blog. Bilal bin Rabah adalah budak Umayyah bin Khalaf seorang
kafir yang
sangat memusuhi Islam. Bilal sering mendengarkan pembicaraan Umayyah sang majikannya dengan kawan-kawanya tentang Muhammad SAW dan agama baru yang dibawanya. Baru dipandang dari sudut lingkungan di mana ia tinggal. Bilal pun sering mendengarkan pembicaraan mereka tentang kemuliaan akhlaq Muhammad SAW, entah apa yang menyebabkan kebencian mereka , bahkan sikap keras mereka yang menantang. Bilal juga mendengar mereka berbisik-bisik mengenai sebab yang mendorong mereka menentang dan memusuhinya. Pertama, adalah kesetiaan mereka terhadap kepercayaan yang diwariskan oleh nenek moyangnya, dan kedua adalah kekhawatiran mereka terhadap kedudukan Quraisy saat itu. Kedudukan yana mereka peroleh sebagai imbalan kedudukan mereka menjadi pusat keagamaan, kiblat peribadatan, dan ritual haji di seluruj Jazirah Arab. Alasan selanjutnya adalah kedengkian terhadap Bani Hasyim, mengapa Nabi dan Rasul itu muncul dari golongan ini dan bukan dari pihak mereka.
sangat memusuhi Islam. Bilal sering mendengarkan pembicaraan Umayyah sang majikannya dengan kawan-kawanya tentang Muhammad SAW dan agama baru yang dibawanya. Baru dipandang dari sudut lingkungan di mana ia tinggal. Bilal pun sering mendengarkan pembicaraan mereka tentang kemuliaan akhlaq Muhammad SAW, entah apa yang menyebabkan kebencian mereka , bahkan sikap keras mereka yang menantang. Bilal juga mendengar mereka berbisik-bisik mengenai sebab yang mendorong mereka menentang dan memusuhinya. Pertama, adalah kesetiaan mereka terhadap kepercayaan yang diwariskan oleh nenek moyangnya, dan kedua adalah kekhawatiran mereka terhadap kedudukan Quraisy saat itu. Kedudukan yana mereka peroleh sebagai imbalan kedudukan mereka menjadi pusat keagamaan, kiblat peribadatan, dan ritual haji di seluruj Jazirah Arab. Alasan selanjutnya adalah kedengkian terhadap Bani Hasyim, mengapa Nabi dan Rasul itu muncul dari golongan ini dan bukan dari pihak mereka.
Suatu hari Bilal Bin Rabah melihat cahaya ilahi dan dari
dalam lubuk hatinya yang suci murni timbul keingan untuk menyambut sebuah
pilihan utama. Karena itulah, ia menjumpai Rasulullah SAW dan menyatakan masuk
Islam. Tidak lama setelah itu, berita rahasia keislaman Bilal pun tercium dan
beredar di kepala tuan-tuannya dari Bani Jumah, yakni kepala-kepala yang selama
ini dikuasai oleh kesombongan dan ditindih oleh kecongkakan. Karena itu tidak
aneh bila setan-setan di muka bumi bersarang di dalam dada Umayah bin Khalaf,
hal ini merupakan tamparan bagi Umayah dan dapat menjatuhkan kehormatan mereka.
Akhirnya siksaan demi siksaan bertubi-tubi datang
menghampiri Bilal bak air hujan yang menetes dari langit. Siksaan ini dilakukan
setiap hari.
Pada suatu waktu Bilal dalam keadaan telanjang ia
dibaringkan diatas bara, agar ia meninggalkan agamanya atau mencabut
pengakuannya. Dan diwaktu yang lain ia dijemur dipadang pasir yang tandus
bahkan batu disimpan diatas perutnya dan ia dipaksa untuk mengucapkan kalimat
Tuhan mereka yaitu Lata dan ‘Uzza, tetapi keteguhan hatinya karena telah
mendapatkan keimanan dan keyakinan yang benar, sehingga ia tidak mau
mengucapkan kalimat apapun yang dapat membebaskan dirinya saat itu, walaupun
bukan dari lubuk hatinya, Bilal hanya mengucapkan dengan berulang-ulang
senandung yang abadi “ Ahad…..Ahad ! “. Para algojo itupun memaksanya, “
Katakanlah seperti yang kami katakana ! “, Bilal menjawab, “ Lidahku tidak dapat mengucapkannya. “
Bila malam telah tiba, orang-orang itupun menawarkan
kepadanya, “ Besok, ucapkanlah kata-kata yang baik terhadap Tuhan-Tuhan kami,
sebutlah : Tuhanku Lata dan ‘Uzza, setelah itu kami lepaskan dan biarkan kamu
sesuka hatimu. Kami letih menyiksamu, seolah-oleh kami sendirilah yang disiksa.
“ Namun dapat dipastikan bahwa Bilal akan menggelengkan kepala dan mengucapkan
: “Ahad…..Ahad ! “
Bahkan di waktu yang lain Bilal dibujuk seolah-olah
mereka punya balas kasihan dihadapan Umayah dengan mengatakan, “ . Biarkanlah
dia, wahai Umayah ! Demi Lata. ia tidak akan disiksa lagi setelah ini. Bilal
adalah anak buah kita, bukankah ibunya budak kita ? Ia tentu tidak akan rela
bila dengan keislamannya itu nama kita menjadi ejekan dan cemohan bangsa
Quraisy. “
Waktu siang telah tiba dan tepat menjelang waktu Zuhur
Bilal pun dibawa orang ke padang pasir
lagi. Bilal tetap sabar dan tabah, tenang dan tidak goyah. Saat mereka
menyiksanya, tiba-tiba Abu Bakar Ash-Shiddiq datang dan berkata : “ Apakah
kalian akan membunuh seorang laki-laki karena mengatakan, “ Rabbku ialah Allah
? “, kemudian ia berkata kepada Umayah bin Khalaf : “ Ambillah tebusan yang
lebih besar daripada harganya dariku, lalu bebaskan ia. “.Maka mulai saat itu
Bilal menjadi orang yang merdeka.
Bilal adalah seorang muazin yang pertama dalam Islam.
Suaranya merdu dan empuk, Bilal mengisi hati dengan keimanan dan telingadengan
keharuan, sementara seruannya menggemakan lafazh kalimat adzan tersebut.
Dalam perang Badar bersama Rasulullah SAW bila menerjang dangan gesitnya, sementara
semboyan yang dititahkan oleh Rasulullah SAW adalah menggunakan ucapan “
Ahad…..Ahad….!.“
Suara Adzan terus mengumandang dari masjidnya Rasulullah SAW,
sehingga wafatnya Rasulullah SAW.
Bilal bin Rabah meninggalkan Madinah pada saat pemerintahan
Abu Bakar dan menetap di Syria. Pada suatu malam ia bermimpi berjumpa dengan
Baginda Rasulullah SAW, Beliau bersabda : “ Wahai Bilal, masihkah kamu setia
kepadaku ? Mengapa kau tidak pernah menziarahiku ?.” Bilal terhentak dan bangun
dari tidurnya, dan besokya bergegas berangkat ke Madinah untuk menziarahi makam
Rasulullah SAW. Setibanya di sana, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husin r.a
memintanya untuk mengumandangkan adzan. Ia tidak dapat menolak permintaan ini,
sebab Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husun adalah cucu kesayangan Rasulullah
SAW. Tatkala suara adzan dikumandangkan, maka penduduk Madinah bergegas menuju
Masjid karena mendengar adzan yang dikumandangkan seolah-oleh seperti zaman
hidupnya Baginda SAW, sehingga deraian air mata menetes dari setiap mata
penduduk Madinah pada saat itu.
Setelah tinggal beberapa hari di Madinah, ia pun kembali
ke Syam. Dan pada tahun 20 H Bilal meninggalkan kita semua untuk selamanya, dan
Insya Allah, apakah kita bisa bertemu dengan beliau di alam dimana semua orang-orang
yang beriman akan menikmatinya yaitu surga yang telah disediakan oleh Allah
SWT. Beliau wafat di Damaskus.
Referensi :
1.
Kitab “ FADHILAH AMAL “
oleh Syaikh Hadits Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi rah,a. Penerbit
Pustaka Ramadhan, Tahun 2011.
2.
Buku “ BIOGRAFI 60 SAHABAT NABI
SAW “ oleh Khalid Muhammad Khalid, Penerbit Ummul Qura, Cet. Ke IV
Tahun 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar