Khutbah ini membicarakan Istiqomah dalam amalan di bulan Syawal setelah melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ:
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah…
Marilah kita
senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di
manapun kita berada. Baik ketika kita sedang bersama orang banyak, maupun
ketika sendirian. Dan marilah kita senantiasa takut akan terkena azab-Nya,
kapan dan di mana pun kita berada. Karena, kewajiban menjalankan
perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya bukan hanya pada waktu
dan saat-saat tertentu saja. Bahkan, beribadah kepada-Nya adalah kewajiban yang
harus dilakukan Allah SWT berfirman didalam
Surat Al-Hijr ayat 99 :
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan beribadahlah
kepada Rabb-mu sampai kematian mendatangimu.”
Hadirin rahimakumullah,
Belum lama berlalu,
kaum muslimin berada di bulan yang penuh barakah. Bulan yang kaum muslimin
berpuasa di siang harinya dan shalat tarawih di malam harinya. Bulan yang kaum
muslimin mengisinya dengan berbagai amal ketaatan. Kini, bulan itu telah
berlalu. Dan akan menjadi saksi di hadapan Allah Subhanahu wa
Ta’ala atas segala perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang di bulan
tersebut. Baik yang berupa amalan ketaatan, maupun perbuatan maksiat. Maka,
sekarang tidak ada lagi yang tersisa dari bulan tersebut, kecuali apa yang
telah disimpan pada catatan amalan yang akan diperlihatkan pada hari akhir
nanti. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Ali
Imran ayat 30 :
يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُّحْضَرًا
وَمَاعَمِلَتْ مِن سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا
بَعِيدًا وَيُحَذِّرُكُمُ اللهُ نَفْسَهُ وَاللهُ رَءُوفُُ بِالْعِبَادِ
“Pada hari ketika
tiap-tiap diri mendapati (pada catatan amalan) segala kebajikan dihadapkan (di
mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau
kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan
kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.”
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah,
Ibarat seorang
pedagang yang baru selesai dari perniagaannya, tentu dia akan menghitung berapa
keuntungan atau kerugiannya. Begitu pula yang semestinya dilakukan oleh orang
yang beriman dengan hari akhir ketika keluar dari bulan Ramadhan. Bulan yang
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berjanji akan mengampuni
dosa-dosa yang telah lalu bagi orang yang berpuasa dan shalat tarawih karena
iman dan mengharapkan balasan dari-Nya. Dan pada bulan tersebut, Allah Subhanahu
wa Ta’ala bebaskan orang-orang yang berhak mendapatkan siksa neraka,
sehingga benar-benar bebas darinya. Yaitu bagi mereka yang memanfaatkan bulan
tersebut untuk bertobat kepada-Nya dengan tobat yang sebenar-benarnya.
Saudara-saudaraku
seiman yang mudah-mudahan senantiasa dirahmati Allah Subhanahu wa
Ta’ala,
Oleh karena itu, orang
yang mau berpikir tentu akan melihat pada dirinya. Apa yang telah dilakukan
selama bulan Ramadhan? Sudahkah dia memanfaatkannya untuk bertobat dengan
sebenar-benarnya? Ataukah kemaksiatan yang dilakukan sebelum Ramadhan masih
berlanjut meskipun bertemu dengan bulan yang penuh ampunan tersebut? Jika
demikian halnya, dia terancam dengan sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,
وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ
قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ
“Dan rugilah orang
yang bertemu dengan bulan Ramadhan, namun belum mendapatkan ampunan ketika
berpisah dengannya.” (H.R. Ahmad dan At-Tirmidzi, beliau mengatakan hadits
hasan gharib)
Namun demikian, bukan
berarti sudah tidak ada lagi kesempatan bagi dirinya untuk memperbaiki diri.
Karena kesempatan bertobat tidaklah hanya di bulan Ramadhan. Bahkan selama ajal
belum sampai ke tenggorokan, kesempatan masih terbuka lebar. Meskipun, bukan
berarti pula seseorang boleh menunda-nundanya. Bahkan, semestinya dia segera
melakukannya. Karena, kematian bisa datang dengan tiba-tiba dalam waktu yang
tidak disangka-sangka. Dan seandainya seseorang mengetahui kapan datangnya
kematian, maka harus dipahami pula bahwa tobat adalah pertolongan dan taufiq dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga, tidak bisa seseorang
memastikan bahwa dirinya pasti akan bertobat sebelum ajal mendatanginya. Bahkan
Abu Thalib, paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri,
pada akhir hayatnya tidak bisa bertobat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Padahal, yang mengingatkannya adalah orang terbaik dari kalangan manusia, yaitu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, ketika Allah Subhanahu
wa Ta’ala tidak memberikan taufiq dan
pertolongan-Nya, maka tidak akan ada seorang pun yang mampu memberikannya. Oleh
karena itu, sudah seharusnya setiap orang segera bertobat dari seluruh dosanya.
Sehingga dia akan mendapat ampunan dan menjadi orang yang tidak lagi memiliki
dosa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ
بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُوْلاَئِكَ يَتُوبُ اللهُ عَلَيْهِمْ
وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا حَكِيمًا {17} وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ
يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي
تُبْتُ الْئَانَ وَلاَالَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ أُوْلاَئِكَ
أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا {18}
“Sesungguhnya Allah
hanyalah akan menerima tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan,
karena ketidakhati-hatiannya dan kemudian mereka bertobat dengan segera, maka
mereka itulah yang Allah terima tobatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang
mengerjakan kejahatan, sehingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara
mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya bertobat sekarang.’ Dan
tidak (pula diterima tobat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam
kekafiran. Bagi mereka itu telah Kami siapkan siksa yang pedih.” (An-Nisa`:
17-18)
Saudara-saudaraku kaum
muslimin rahimakumullah,
Adapun orang yang
telah memanfaatkan pertemuannya dengan Ramadhan untuk bertobat dan mengisinya
dengan berbagai amal shalih, maka seharusnya dia bersyukur kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan memohon agar amalannya diterima serta memohon agar bisa
istiqamah di atas amalan tersebut. Dan janganlah dirinya tertipu dengan
banyaknya amalannya. Sehingga, dia menyangka bahwa dirinya termasuk orang-orang
yang paling baik dan paling hebat. Bahkan, dia harus senantiasa memohon ampun
dan beristigfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena seseorang
tidak bisa memastikan apakah amalan yang sudah dia lakukan diterima atau tidak.
Seandainya diterima pun, sesungguhnya belum bisa untuk membalas nikmat
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah ia terima. Karena, amalan
yang dia lakukan benar-benar tidak bisa lepas dari pertolongan Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Maka, sudah sepantasnya bagi dirinya untuk senantiasa tawadhu’
dan tidak merasa paling baik. Bahkan, semestinya dia memperbanyak menutup
amalannya dengan beristigfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karena, begitulah sifat-sifat orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang sudah
beramal dengan sebaik-baiknya, namun masih merasa takut kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala akan kekurangan dirinya dalam beramal. Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآءَاتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ
أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang
yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut (tidak
akan diterima). (Mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada
Rabb mereka.” (Al-Mu`minun: 60)
Ma’asyiral muslimin
rahimakumullah,
Ketahuilah, bahwa
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kita ibadahi di bulan Ramadhan
adalah yang kita ibadahi pula di luar bulan tersebut. Begitu pula rahmat
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah terputus dan berhenti
dengan berlalunya bulan Ramadhan. Maka, doa yang senantiasa kita panjatkan ke
hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala di bulan tersebut janganlah
kemudian kita tinggalkan di bulan berikutnya. Begitu pula membaca Alquran yang
senantiasa kita lakukan di bulan Ramadhan, janganlah kita tinggalkan setelah
berlalunya bulan tersebut. Bahkan, ibadah puasa pun semestinya tetap kita
lakukan meskipun di luar bulan tersebut. Karena, masih sangat banyak
puasa-puasa sunnah yang memiliki keutamaan yang besar bagi orang-orang yang
menjalankannya. Begitu pula shalat malam, adalah amalan ibadah yang semestinya
tidak berhenti dengan berlalunya bulan Ramadhan, meskipun dilakukan hanya
dengan beberapa rakaat saja. Karena, menjaganya adalah salah satu sifat
wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana tersebut dalam
firman-Nya,
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ
خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
“Lambung mereka
jauh dari tempat tidurnya (untuk mengerjakan shalat malam) dan mereka selalu
berdoa kepada Rabb-nya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka
menginfakkan dari sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”
(As-Sajdah: 16)
Saudara-saudaraku kaum
muslimin rahimakumullah,
Di antara tanda yang
menunjukkan diterimanya amalan kita adalah berlanjutnya amalan tersebut pada
waktu berikutnya. Karena, amalan yang baik akan menarik amalan baik berikutnya.
Maka, marilah kita senantiasa menjaga amalan-amalan kita dan janganlah kita
kembali kepada perbuatan maksiat setelah kita bertobat kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Ingatlah wahai saudara-saudaraku, bahwa di depan kita ada
timbangan amalan yang akan menimbang amalan-amalan kita yang baik dan amalan
kita yang jelek. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَمَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
{102} وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُوْلَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ
فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ
“Barang siapa yang
berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang mendapat
keberuntungan. Dan barang siapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah
orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka
Jahannam.” (Al-Mu`minun: 102-103)
Hadirin rahimakumullah,
Orang yang mengetahui
betapa besarnya rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan betapa
butuhnya dia terhadap rahmat tersebut tentu akan terus berusaha untuk beramal
shalih sampai ajal mendatanginya, sekecil apapun bentuknya. Selama dirinya
mampu untuk melakukannya, maka dia tidak akan meremehkannya. Sebagaimana
perbuatan maksiat, maka diapun akan meninggalkannya dan tidak menyepelekannya,
sekecil apapun bentuknya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُم
مَّالَيْسَ لَكُم بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِندَ اللهِ
عَظِيمٌ
“Dan kalian ucapkan
dengan mulut-mulut kalian apa yang kalian tidak berilmu tentangnya dan kalian
menganggapnya sebagai suatu yang sepele saja. Padahal, hal itu di sisi Allah
adalah sesuatu yang besar.” (An-Nur: 15)
Akhirnya, kita memohon
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menerima amalan-amalan
kita dan memberikan kekuatan kepada kita agar senantiasa mampu untuk
menjalankannya. Dan mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni
seluruh kesalahan kita. Dalam situasi seperti sekarang ini dimana ditanah air
terus berlanjut pertambahan kasus covid-19, semoga Allah memberilan kekuatan kepada kita
untuk melaluinya, yang terpenting bagi kita sekarang adalah berihtiar untuk
menjauhinya melalui protokol kesehatan yang dianjurkan oleh Pemerintah yaitu
cuci tangan setelah beraktivitas, jaga harak, dan menggunakan masker ketika
akan bepergian jauh (keluar dari rumah), dan jaga selalu imun tubuh kita.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ. تَقَبَّلَ اللهُ عَمَلَنَا وَعَمَلَكُمْ وَجَعَلَهَا فِي مِيْزَانِ
حَسَنَاتِنَا، إِنَّهُ وَلِيُّ ذَلِكَ وَالْقَادِرُ عَلَيْهِ
khotbahjumat.com/94-nasehat-setelah-ramadhan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar