Basren Blog. Kebahagiaan hidup
di dunia merupakan dambaan setiap manusia dan untuk mendapatkannya perlu adanya
upaya keras dan perjuangan. Upaya dan perjuangan tanpa adanya keberanian tidak
akan berjalan. Demikian pula hidup di akhirat memerlukan usaha dan perjuangan
pula. Oleh karena itu, untuk mendapatkan akhirat yang kekal, meraka harus
mempunyai sikap pemberani, di takuti dan disegani, sehingga mereka benar-benar
menjadi generasi terbaik umat ini. Nah sekarang kita simak kisah sahabat Nabi SAW yang bernama Syuhrahbil dibawah ini.
Jihad Syuhrahbil pada Perang Qadisiyah
Peperangan ini terjadi pada masa Khalifah Umar bin
Kahttab, pada waktu itu pasukan ini dipimpin oleh Saad bin Abi Waqqash.dengan
keberianian tinggi mereka berjihad melawan penyembah api di Persia (Iran).
Pertempuran ini amat dahsyat, dimana pasukan kaum Muslimin berjumlah 300 orang terdiri
dari veteran perang Badar berjumlah 70 orang. Pertempuran ini selama 4 hari.
Hari keempat, dengan pertolongan Allah SWT, pasukan Persia yang dipimpin oleh
Rustam dihantam oleh angin kencang , sehingga mereka kocar kacir, dan
panglimanya yang bernama Rustam pun menemui ajalnya pada saat iitu, sehingga
kemenangan ada pada kaum Muslimin, sehingga Persia dapat ditaklukkan.
Dipilih Sebagai Pegawai Pemerintah di Kota Madain
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab,
Syurahbil dipilih oleh Khalifah untuk menjadi pagawai pemerintah di kota Madain
yang berada di negeri Irak.
Namun Syurahbil menolak dengan halus, maka ditulislah
surat kepada Khalifah oleh Syuhrabil yang isinya, “ Wahai Amirulmukminin,
sesungguhnya engkau memerintahkan untuk tidak memisahkan antara para budak
dengan anak-anaknya, sedangkan engkau telah memisahkan aku dengan ayahku. “
maka spontan surat tersebut dibalas oleh Khalifah yang berisi bahwa beliau
dipindah ke kota Homs tempat ayahnya tinggal.
Penakluk Kota Qinnasrin
Kota Qinnasrin adalah merupakan kota peribadatan dan
pendidikan kaum Nasrani. Sehingga disitu banyak sekali berdiri gereja-gereja
Suryaniyyah dan beberapa tempat pendidikan. Kota ini berada di Negara Suriah,
dekat dengan kota Halab (Aleppo).
Perjanjian damai telah disepakati oleh Pimpinan penduduk
Qinnasrin dengan pasukan Muslim ketika pasukan ini tiba di Qinnasrin, yang
intinya Pasukan Muslim tidak Qinnasirin tetapi penduduknya membayar jizyah.
Namun kemudian perjanjian ini dikhianati oleh penduduk Qinnasirin pada saat Abu
Ubadah beserta pasukannya melanjutkan perjalanannya k eke kota Halab.
Melihat situasi seperti itu, maka Abu Ubadah mengutus
Syurahbil menjadi pimpinan untuk mengepung kota itu dan akhirnya dapat
ditaklukkan. Banyak rampasan perang yang di dapat, sebagiannya diserahkan ke
Baitulmaal
Gubernur Kota Himsa/Homs
Di era pemerintahan Muawiyah, Syuhrabil dipercanya untuk
memegang tapuk pimpinan di Homs sebagai Gubernur, sebuah kota di negeri Syam, sekarang
kota ini terletak di Suriah. Syurahbil memimpin kota ini lebih kurang 20 puluh
tahun dan meninggal dikota ini pada tahun 40 H.
Keteguhannya di atas Dunul Islam.
Setelah meninggalnya Rasulullah SAW, banyak diantara yang
telah memeluk Islam murtad dengan enggan
mengeluarkan zakat. Pada saat itu kepemimpinan umat Islam di bawah Khalifah Abu
Bakar ash-Shiddiq r.a.
Diantara mereka ada yang berasal dari Bani Kindah, Bani
Amr bin Muawiyah di Hadramaut.
Syuhrabil dan ayahnya adalah berasal dari Bani Kindah,
tetapi sikap mereka tidak ikut-ikut murtad, mereka mempertahankah aqidah yang
telah menyelamatkan mereka dari kesesatan aqidah. Bahkan mereka mengatakan
kepada Bani Amr. “ Demi Allah
ini adalah perbuatan yang buruk bagi kaum yang merdeka, berpindah dari hal yang
baikkeadaan menuju keadaan buruk. Sesungguhnya, orang yang mulia dan terpuji
ketika dia berada dalam situasi yang syubhat, mereka merasa mulia dengan
meninggalkan perbuatan tersebut untuk melakukan perbuatan yang jelas
kehalalannya karena takut hina. Dan bagaimana dengan kalian, mengapa berpaling
dari perbuatan baik dan benar untuk melakukan perbuatan batil dan buruk ? Ya
Allah, sesungguhnya kami tidak membantu kaumku untuk melakukan perbuatan ini,
dan kami menyesal atas pergaulan kami dengan mereka selama ini. “ Kemudian
mereka keluar dan bergabung dengan Ziyad bin Labid r.a yang diutus Khalifah Abu
Bakar ash-Shiddiq untuk memungut zakat.
Keteguahan imannya diuji ketika kaumnya melakukan
perbuatan yang keji, berani dalam mengambil keputusan dan memegang Islam dengan
eratnya walaupun kaumnya meninggalkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar