Basren Blog. Pada saat Nabi SAW Isra’ dan Mi’raj diceritakan bahwa
dalam perjalanannya, Allah telah
memperlihatkan sebuah tanah lapang dengan harum yang semerbak wanginya, pada
saat itu ditanya oleh Nabi SAW kepada Malikat Jibril, “ Hai Jibril, bau apa
yang harum semerbak wanginya ini ? “ Jibril pun menjawab, “ Itulah kuburan
keluarga Mashitah. “
Siapakah Mashitah itu ? Mashitah adalah merupakan pelayan
istana Fir’aun dengan tugas pokoknya adalah menyisir rambut anak-anak Fir’aun.
Dia masuk Islam karena dakwahnya Musa
as. Keimanannya kepada Allah
disembunyikan dari Istana, sehingga orang-orang menganggap biasa kehidupan Mashitah di
lingkungan Istana.
Pada suatu hari Mashitah dengan kebiasaan pekerjaan yang
dibebankan kepadanya yaitu menyisir rambut anak Fir’aun, tanpa disadarinya
sisir tersebut jatuh ke lantai, maka keluar ucapan dari Masyitah, “ Allah “,
pada saat itu juga anak tersebut bertanya,
“ Siapa itu Allah ? “ Dengan lantang tanpa dipikirkan akibat apa yang
dia katakan, maka dijawab oleh Masyitah, “ Allah adalah Tuhan
yang menciptakan langit dan bumi, Dia yang menciptakan kita semua, termasuk
Fir’aun. “ Sang anak bertanya kembali, “ Baerati ada tuhan selain Bapak saya
Fir’aun. “ Dengan lugas dijawab, “ Ya. “
Maka anak tersebut melaporkan peristiwa itu kepada sang Ayah, “ Bapak kata Mashitah ada
Tuhan selain Bapak. “
Maka dipanggillah Mashitah melalui Mentrinya yang bernama
Hamman untuk menghadap Fir’aun, singkat cerita datanglah menghadap Mashitah.
“ Mashita ada laporan, benar engkau mengatakan ada tuhan
selain aku ?“ Tanya Fir’aun dengan muka berang. “ Banar, tuanku. “ jawab
Mashita.
Setelah dilakukan pemeriksaan, Fir’aun memerintahkan
Mentrinya Hamman untuk melaksanakan Hukum Bunuh atas keluarga Mashita.
Maka diadakan persiapan untuk melaksanakan hukuman
tersebut oleh Hamman denGan dibantu oleh bala tentara. Persiapan mereka adalah
kawah besar untuk memasak air dan kayu. Kemudian air di masak hingga mendidih.
Korban pertama penyiksaan adalah suami Mashita, sebelum
suaminya di campakkan ke dalam air mendidih, Fir’aun bertanya kepada Mashita, “ Siapa Tuhanmu, Aku atau yang lain “ Mashita
menjawab, “ Allah Rabbku. “ Maka dicampakkanlah suaminya, selanjutnya ketiga
anaknya dengan pertanyaan yang sama dan jawaban yang sama.
Sekarang tinggal Mashita dan seorang anaknya yang
digendong, terasa luluh hati mashita, tetapi Allah memberikan keteguhan hati
untuk tetap menyelamatkan keimanannya melalui anak yang digendongnya, ia
berkata, “ Ayo ma, kita susul ayah dan kakak-kakakku untuk menemui Allah. “
maka dicampakkanlah kedua orang tersebut ke dalam air yang mendidih.
Demikianlah pengorbanan keluarga Mashita dalam mempertahankan keimanan mereka, kita
hidup dunia ini sebentar hanya 60 sampai
70 tahun saja, akhirat selama-lamanya, tahta dan harta kita pertanggungjawabkan
di hadapan Allah yang Maha Adil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar