kode iklan

Jumat, 03 April 2020

Belajar Memimpin Do'a




Pernah ngak terpikir olehmu ketika diadakan majelis ulang tahun temanmu, antum diminta untuk membacakan do’a untuknya agar kehidupannya kedepan nantinya Allah mudahkan kehidupannya.
Dalam blog ini antum belajar sendiri berdo’a, dibawah ini hanya contoh saja. Dah…. Selamat mencoba.



Belajar Memimpin Do'a


  الْحَمْدُ يَارَبَّنَالَكَ  اَلْحَمْدُلِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًايُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِىءُمَزِيْ

               كَمَايَنْبَغِى لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ 
. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَٰى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍوَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
اَللّٰهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَصِحَّةً فِى الْبَدَنِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ. اَللّٰهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِىْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ

اَللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّاالْغَلَآءَ وَالْبَلَآءَ وَالْوَبَآءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالْمِحَنَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بَلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً اِنَّكَ عَلَى كُلِّى شَيْئٍ قَدِيْر

رَبَّنَااغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِمَشَايِخِنَا وَلِمُعَلِّمِيْنَا وَلِمَنْ لَهُ حَقٌّ عَلَيْنَا وَلِمَنْ اَحَبَّ وَاَحْسَنَ اِلَيْنَا وَلِكَافَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ اَجْمَعِيْنَ

ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّن رُّسُلِهِۦۚ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ

 اَللّٰهُمَّ اِنِّا نسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّل
رَبَّنَا أَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللّٰهُ عَلٰى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍوَعَلٰى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّايَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ







   

Minggu, 22 Maret 2020

Khutbah Jum'at : Amalan Bulan Sya'ban



Khutbah Jum’at: Keutamaan Bulan Sya'ban – Memasuki bulan Sya'ban 1432 H, perlu kiranya kita membahas keutamaan bulan Sya'ban agar kita dapat menjalankan amal-amal utama yang perlu kita lakukan di bulan Sya'ban ini sesuai sunnah Nabi. Untuk itu Khutbah Jum'at edisi 6 Sya'ban 1432 H yang bertepatan dengan 8 Juli 2011 ini, Bersama Dakwah memilih tema "Keutamaan Bulan Sya'ban".

***

KHUTBAH PERTAMA

إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Hari ini kita telah memasuki bulan Sya'ban. Tidak terasa telah enam hari kita bersamanya. Bulan Sya'ban, yang terletak diantara Rajab dan Ramadhan ini seringkali dilalaikan oleh manusia. Hingga Rasulullah SAW bersabda:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ

Ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara bulan Rajab dan Ramadhan. (HR. An-Nasa'i. "Hasan" menurut Al-Albani)

Banyak orang yang lalai, bahkan sebagian menjadikan Sya'ban sebagai bulan pelampiasan. "Mumpung belum Ramadhan, kita puaskan maksiat", "Mumpung belum Ramadhan. Nanti kalau sudah Ramadhan, puasa kita bisa tidak sah", dan kalimat-kalimat senada kadang-kadang muncul dalam masyarakat kita sebagai bentuk betapa tertipunya manusia di bulan Sya'ban.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Dari Rasulullah kita menjadi tahu bahwa ternyata bulan Sya'ban adalah bulan yang istimewa. Mengapa? Sebab bulan ini adalah bulan diangkatnya amal manusia kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda dalam kelanjutan hadits di atas:

وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِي

Di bulan inilah amal perbuatan manusia diangkat kepada Rabb semesta alam. (HR. An-Nasa'i dan Ahmad. "Hasan" menurut Al-Albani)

Itulah keutama'an bulan Sya'ban yang pertama. Bulan diangkatnya amal manusia kepada Allah SWT.

Keutamaan kedua bulan Sya'ban adalah, pada pertengahannya. Inilah yang dikenal dengan istilah Nisfu Sya'ban. Rasulullah SAW bersabda mengenai keutamaan nishfu Sya'ban :

إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

Sesungguhnya Allah memeriksa pada setiap malam nishfu Sya'ban. Lalu Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali yang berbuat syirik atau yang bertengkar dengan saudaranya. (HR Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Al-Albani)

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Itulah dua keutamaan bulan Sya'ban, dan cukuplah hadits shahih bagi kita. Ada memang cukup populer di masyarakat tentang keutamaan Sya'ban sebagai bulan Rasulullah. Namun itu adalah hadits dha'if. Diantaranya adalah:

رجب شهر الله وشعبان شهري ورمضان شهر أمتي

Rajab adalah bulan Allah, Sya'ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku. (HR. Dailami)

Hadits itu adalah hadits dha'if. Demikian pula hadits-hadits sejenis tentang keutamaan bulan Sya'ban yang senada dengan itu.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Lalu apa amal di bulan Sya'ban yang dicontohkan Rasulullah SAW? Ini penting untuk kita ketahui dan amalkan. Sebab selain menghidupkan sunnah, mengikuti contoh dan teladan dari Rasulullah SAW adalah bukti cinta kita kepada Allah SWT.

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran : 31)

Amal di bulan Sya'ban yang pertama, yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW adalah memperbanyak puasa sunnah.

حَدَّثَنِي أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Usamah bin Zaid berkata kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa di satu bulan melebihi puasamu di bulan Sya'ban." Rasulullah menjawab, "Ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara bulan Rajab dan Ramadhan. Di bulan inilah amal perbuatan manusia diangkat kepada Rabb semesta alam. Karena itu aku ingin saat amalku diangkat kepada Allah, aku sedang berpuasa." (HR. An-Nasa'i. Al Albani berkata "hasan")

Begitulah. Rasulullah SAW banyak berpuasa di bulan Sya'ban sekaligus menginginkan agar ketika amalnya diangkat pada bulan Sya'ban itu, Rasulullah SAW dalam keadaan sedang berpuasa.

Ummul Mukminin Aisyah juga meriwayatkan kebiasaan Rasulullah SAW itu.

لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

Rasulullah SAW tidak pernah berpuasa sunnah di satu bulan lebih banyak daripada bulan Sya'ban. Sungguh, beliau berpuasa penuh pada bulan Sya'ban. (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan dalam Fathul Bari bahwa dalam ungkapan bahasa Arab, seseorang bisa mengatakan "berpuasa sebulan penuh" padahal yang dimaksud adalah "berpuasa pada sebagian besar hari di bulan itu".

Dari keterangan di atas, tahulah kita bahwa berpuasa sunnah di bulan Sya'ban menjadi begitu istimewa karena pada bulan itu amal diangkat, bulan itu dilalaikan oleh banyak orang, dan sekaligus puasa Sya'ban merupakan persiapan puasa Ramadhan.

Syaikh Muhyidin Mistu, Mushthafa Al-Bugha, dan ulama lainnya mengomentari menjelaskan dalam Nuzhatul Muttaqin, "Berpuasa sunnah pada bulan Sya'ban memiliki keistimewaan tersendiri. Sekaligus untuk persiapan menghadapi puasa Ramadhan. Selain itu, di bulan Sya'ban lah semua amal perbuatan manusia dinaikkan kepada Allah"

Yang perlu diperhatikan adalah, tidak boleh mengkhususkan berpuasa pada satu atau dua hari terakhir Sya'ban kecuali puasa yang harus ditunaikan (karena nadzar, qadha' atau kafarat) atau puasa sunnah yang biasa dilakukan (puasa Dawud, Senin Kamis, dan lain-lain).

Rasulullah SAW bersabda:

لاَ يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ ، إِلاَّ أَنْ يَكُونَ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمَهُ فَلْيَصُمْ

Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya. Kecuali seseorang yang (memang seharusnya/biasanya) melakukan puasanya pada hari itu. Maka hendaklah ia berpuasa. (HR Bukhari)

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Amal kedua pada bulan Sya'ban ialah melunasi hutang-hutang puasa, khususnya bagi wanita yang masih belum selesai mengqadha' puasa Ramadhan sebelumnya. Demikian pula bagi kita untuk mengingatkan keluarga kita agar memanfaatkan Sya'ban bagi yang belum selesai meng-qadha puasanya.

Aisyah berkata:

كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ . قَالَ يَحْيَى الشُّغْلُ مِنَ النَّبِىِّ أَوْ بِالنَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم

Aku punya hutang puasa Ramadan, aku tak dapat mengqadhanya kecuali di bulan Sya'ban, karena sibuk melayani Nabi SAW. (HR Bukhari)

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Amal ketiga pada bulan Sya'ban ialah memperbanyak ibadah dan amal kebajikan secara umum. Entah itu menggiatkan shalat rawatib, qiyamullail, tilawah Al-Qur'an, bershadaqah, dan lain-lain. Mengingat bahwa bulan Sya'ban adalah bulan diangkatnya amal, maka alangkah baiknya ketika amal kita benar-benar bagus pada bulan itu. Dengan catatan tetap sesuai sunnah.

Adapun malam nishfu Sya'ban, sebagaimana hadits di atas ia memang memiliki keutamaan. Ibnu Taimiyah menegaskan "Adapun malam Nishfu Sya'ban, di dalamnya terdapat keutamaan."

Karena itu, ada sebagian ulama salaf dari kalangan tabi'in di negeri Syam, seperti Khalid bin Ma'dan dan Luqman bin Amir yang menghidupkan malam ini dengan berkumpul di masjid-masjid untuk melakukan ibadah tertentu pada malam Nishfu Sya'ban. Dari merekalah kaum muslimin mengambil kebiasaan itu. Imam Ishaq ibn Rahawayh menegaskannya dengan berkata, "Ini bukan bid'ah!"

Ulama Syam lain, di antaranya Al-Auza'i, tidak menyukai perbuatan berkumpul di masjid untuk shalat dan berdoa bersama pada Nishfu Sya'ban. Tetapi beliau dan ulama yang lain menyetujui keutamaan shalat, baca Al Quran dan lain-lain pada Nishfu Sya'ban jika dilakukan sendiri-sendiri. Pendapat ini yang dikuatkan Ibn Rajab Al-Hanbali dan Ibnu Taimiyah.

Adapun ulama Hijaz seperti Atha', Ibnu Abi Mulaikah, dan para pengikut Imam Malik menganggap hal terkait Nishfu Sya'ban sebagai bid'ah. Namun menurut mereka, qiyamullail sebagaimana disunnahkan pada malam lainnya dan puasa di siangnya sebab termasuk Ayyamul Bidh ialah baik.

Semoga perbedaan pendapat mengenai Nishfu Sya'ban ini dipahami dengan baik dan tidak menghalangi kita untuk melaksanakan segala amal ibadah utama pada bulan Sya'ban.

وقل رب اغفر وارحم و انت خير الراحمين

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا


اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.

اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.

عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

[Khutbah Jum'at Keutamaan Bulan Sya'ban edisi 6 Sya'ban 1432 H bertepatan dengan 8 Juli 2011 MBersama Dakwah. Catatan: sebagian isi Khutbah Jum'at ini –terutama tentang Nishfu Sya'ban- merujuk kulwit Ust. Salim A. Fillah tentang #Sya'ban]

Kamis, 14 November 2019

Syurahbil bin As-simthi



Basren Blog. Kebahagiaan hidup di dunia merupakan dambaan setiap manusia dan untuk mendapatkannya perlu adanya upaya keras dan perjuangan. Upaya dan perjuangan tanpa adanya keberanian tidak akan berjalan. Demikian pula hidup di akhirat memerlukan usaha dan perjuangan pula. Oleh karena itu, untuk mendapatkan akhirat yang kekal, meraka harus mempunyai sikap pemberani, di takuti dan disegani, sehingga mereka benar-benar menjadi generasi terbaik umat ini. Nah sekarang kita simak kisah sahabat Nabi SAW yang bernama Syuhrahbil dibawah ini.

Jihad Syuhrahbil pada Perang Qadisiyah

Peperangan ini terjadi pada masa Khalifah Umar bin Kahttab, pada waktu itu pasukan ini dipimpin oleh Saad bin Abi Waqqash.dengan keberianian tinggi mereka berjihad melawan penyembah api di Persia (Iran).

Pertempuran ini amat dahsyat, dimana pasukan  kaum Muslimin berjumlah 300 orang terdiri dari veteran perang Badar berjumlah 70 orang. Pertempuran ini selama 4 hari. Hari keempat, dengan pertolongan Allah SWT, pasukan Persia yang dipimpin oleh Rustam dihantam oleh angin kencang , sehingga mereka kocar kacir, dan panglimanya yang bernama Rustam pun menemui ajalnya pada saat iitu, sehingga kemenangan ada pada kaum Muslimin, sehingga Persia dapat ditaklukkan.

Dipilih Sebagai Pegawai Pemerintah di Kota Madain

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, Syurahbil dipilih oleh Khalifah untuk menjadi pagawai pemerintah di kota Madain yang berada di negeri Irak.
Namun Syurahbil menolak dengan halus, maka ditulislah surat kepada Khalifah oleh Syuhrabil yang isinya, “ Wahai Amirulmukminin, sesungguhnya engkau memerintahkan untuk tidak memisahkan antara para budak dengan anak-anaknya, sedangkan engkau telah memisahkan aku dengan ayahku. “ maka spontan surat tersebut dibalas oleh Khalifah yang berisi bahwa beliau dipindah ke kota Homs tempat ayahnya tinggal.

Penakluk Kota Qinnasrin

Kota Qinnasrin adalah merupakan kota peribadatan dan pendidikan kaum Nasrani. Sehingga disitu banyak sekali berdiri gereja-gereja Suryaniyyah dan beberapa tempat pendidikan. Kota ini berada di Negara Suriah, dekat dengan kota Halab (Aleppo).
Perjanjian damai telah disepakati oleh Pimpinan penduduk Qinnasrin dengan pasukan Muslim ketika pasukan ini tiba di Qinnasrin, yang intinya Pasukan Muslim tidak Qinnasirin tetapi penduduknya membayar jizyah. Namun kemudian perjanjian ini dikhianati oleh penduduk Qinnasirin pada saat Abu Ubadah beserta pasukannya melanjutkan perjalanannya k eke kota Halab.
Melihat situasi seperti itu, maka Abu Ubadah mengutus Syurahbil menjadi pimpinan untuk mengepung kota itu dan akhirnya dapat ditaklukkan. Banyak rampasan perang yang di dapat, sebagiannya diserahkan ke Baitulmaal

Gubernur Kota Himsa/Homs

Di era pemerintahan Muawiyah, Syuhrabil dipercanya untuk memegang tapuk pimpinan di Homs sebagai Gubernur, sebuah kota di negeri Syam, sekarang kota ini terletak di Suriah. Syurahbil memimpin kota ini lebih kurang 20 puluh tahun dan meninggal dikota ini pada tahun 40 H.

Keteguhannya di atas Dunul Islam.

Setelah meninggalnya Rasulullah SAW, banyak diantara yang telah memeluk  Islam murtad dengan enggan mengeluarkan zakat. Pada saat itu kepemimpinan umat Islam di bawah Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq r.a.

Diantara mereka ada yang berasal dari Bani Kindah, Bani Amr bin Muawiyah di Hadramaut.
Syuhrabil dan ayahnya adalah berasal dari Bani Kindah, tetapi sikap mereka tidak ikut-ikut murtad, mereka mempertahankah aqidah yang telah menyelamatkan mereka dari kesesatan aqidah. Bahkan mereka mengatakan kepada Bani Amr.          “ Demi Allah ini adalah perbuatan yang buruk bagi kaum yang merdeka, berpindah dari hal yang baikkeadaan menuju keadaan buruk. Sesungguhnya, orang yang mulia dan terpuji ketika dia berada dalam situasi yang syubhat, mereka merasa mulia dengan meninggalkan perbuatan tersebut untuk melakukan perbuatan yang jelas kehalalannya karena takut hina. Dan bagaimana dengan kalian, mengapa berpaling dari perbuatan baik dan benar untuk melakukan perbuatan batil dan buruk ? Ya Allah, sesungguhnya kami tidak membantu kaumku untuk melakukan perbuatan ini, dan kami menyesal atas pergaulan kami dengan mereka selama ini. “ Kemudian mereka keluar dan bergabung dengan Ziyad bin Labid r.a yang diutus Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq untuk memungut zakat.

Keteguahan imannya diuji ketika kaumnya melakukan perbuatan yang keji, berani dalam mengambil keputusan dan memegang Islam dengan eratnya walaupun kaumnya meninggalkannya.



Rabu, 30 Oktober 2019

Sumpah Dalam Pandangan Islam



Basren Blog. Sumpah adalah  ucapan untuk memastikan kebenaran suatu perkara yang masih diragukan kebenarannya dengan menyebut salah satu nama Allah atau salah satu sifat-Nya, baik dalam perkara yang sedang diperiksa maupun perkara yang akan datang dengan tujuan menolak atau untuk menguatkan tuduhan atau gugatan.

Manfaat sumpah itu dilakukan yaitu :
1.    Untuk menagkis tuduhan yang dilancarkan oleh orang lain terhadap penggugat.
2.    Untuk menyatakan kebenaran diri.

Ucapan sumpah itu sendiri kalau kita lihat dari beberapa ayat al-Qur’an dan hadits Nabi SAW adalah :

Pertama : La wa muqallibal qulub (Tidak. Demi Yang membolak balikan hati).

Kedua : Walladzi nafsu muhammadin bi yadihi ( Demi zat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman tangan-Nya)

Ketiga : Wa aimulladzi nafsi bi yadihi ( Demi Allah,  yang jiwaku dalam genggaman-Nya)

Keempat : Walladzi nafsi bi yadihi ( Demi zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya)

Kelima : Wa rabbi (Demi Rabbku)

Keenam : Wallahi (Demi Allah)

Ketujuh : Wa aimullah (Demi Allah
)
Kedelapan : Wa rabbul ka’bah ( Demi pemilik Ka’bah)


Kesembilan : Walladzi  la ilaha ghairuhu ( Demi zat yang tiada ilah yang berhak disembah selain Dia).

Minggu, 27 Oktober 2019

Miqdad bin Aswad





Basren Blog. Ketika kita membicarakn Miqdad bin Amr, pembicaraan kita terpokus kepada sosok sahabat mulia, yang termasuk assabiqunal awwalun yaitu orang yang menyatakan Islam secara terang-terangan yang ketujuh, sehingga harus menanggung penderitaan oleh kemurkaan dan kekejaman orang-orang Quraisy. Ibnu Mas’ud ra mengatakan, “ Orang yang pertama kali memperlihatkan keislamannya ada tujuh orang, “ seraya menyebut Miqdad bin Aswad sebagai salah seorang dari mereka.

Miqdad adalah anak angkat dari al-Aswad Abdi Yaghuts, tetapi dengan adanya larangan dalam ayat yang turun pada waktu itu untuk penisbatan anak angkat kepada ayah angkat maka dikembalikanlah nisbat itu kepada orang tua kandungnya yaitu Amr bin Tsalabah bin Malik al-Kindi yang lebih dikenal dengan Miqdad bin Aswad.

Dalam sejarah Islam, Miqdad bin Aswad dikenal sebagai pejuang Islam yang pemberani. Abdullah bin Mas’ud ra mengatakan, “ Aku telah menyaksikan perjuangan           miqdad, sehingga aku lebih suka menjadi sahabatnya daripada segala isi bumi ini. ‘
Pada suatu saat Rasulullah m mengajak musyawarah semua kaum Muslimin, mereka akan menghadapi peperangan yang pertama dengan kaum Musyrikin, Rasulullah SAW menguji keimanan mereka. Pendapat diperlukan agar perjuangan dapat dimenangkan, kemenangan ini bukan juga atas usaha mereka semata tetapi juga atas pertolongan Allah SWT.
Miqdad khawatir kalau diantara para sahabat ada yang berat untuk bertempur. Kali ini pertempuran dalam upaya mempertahankan keimanan mereka, yaitu agama Islam. Sebelum Miqdad berbicara, mka Abu Bakar  Ash Shiddiq telah mendahuluinya, dengan lantunan kalimat yang berkesan, tentramlah hati Miqdad, setelah itu Umar bin Khattab berbicara, sungguh menakjubkan.

Kini giliran Miqdad tampil berbicara, Wahai Rasulullah, laksanakanlah apa yang dititahkan Allah, kami akan bersamamu. Demi Allah kami tidak  akan berkata seperti yang dikatakan Bani Israil kepada Musa, ‘ Pergi dan berperanglah kamu bersama Tuhanmu, sedangkan kami akan duduk menunggu di sini. ‘Tetapi kami akan mengatakan kepadamu, “ Pergi dan berperanglah engkau bersama Tuhanmu, dan kami ikut berjuang bersamamu. “ Demi zat yang telah mengutusmu membawa kebenaran seandainya engkau membawa kami ke dalam lautan lumpur, kami akan berjuang bersamamu dengan tabah hingga mencapai tujuan, dan kami akan bertempur di sebelah kanan dan di sebelah kirimu, di bagian depan dan di bagian belakangmu, hingga Allah memberikan kemenangan kepadamu. “
Maka hati Rasulullah SAW menjadi tentram, maka persiapan pun dilakukan oleh Rasulullah dalam bersama para sahabat dalam upaya menghadapi perang Tabuk.

Suatu hari,  ia diangkat oleh Rasulullah SAW  psebagai pemegang kendali (Amir) di suatu daerah, tatkala ia kembali dari tugasnya, Nabi bertanya , “ Bagimana pendapatmu setelah menjadi amir ? “ Ia pun menjawab dengan jujur, “ Engkau telah menjadikan diriku menganggap diri sendiri diatas semua manusia, sedangkan mereka semua di bawahku. Demi zat yang telah mengutusmu membawa kebenaran sejak saat ini saya tidak berkeinginan menjadi pemimpin  sekalipun untuk dua orang  untuk selama-lamanya. ‘
Miqdad adalah seorang laki-laki yang tidak ingin tertipu oleh dirinya sendiri dan tidak mau terpedaya oleh kelemahannya.

Miqdad bin Aswad ra pernah melewati sejumlah orang yang berharap mengalami ujian  sebagaimana Allah menguji Rasul-Nya dan para sahabat ra. Maka ia pun berkementar. “ Sesungguhnya aku pernah mendengar  Rasulullah SAW bersabda, “ Sesungguhnya orang yang  berbahagia adalah orang yang benar-benar dijauhi dari fitnah-fitnah. “ Beliau mengucapkan tiga kali.

Beliau Miqdad bin Aswad juga seorang yang dermawan, bahkan dia berwasiat untuk memberikan kekayaannya kepada Hasan dan Husin sebanyak 30 ribu dirham dan kepada Ummahatul Mukminin masing-masing memperoleh 7 ribu dirham.
Setelah perjuangan dan pengorbanan yang besar bagi Islam dan Kaum Muslimin, Miqdad bin Aswad r.a wafat di Madinah pda tahun 33 H dalam usia 70 tahun. Khalifah Utsaman bin Affan sendiri yang memimpin shlat jenazah ini dan di makamkan di Baqi’.





Kamis, 17 Oktober 2019

Apa Pandangan Islam tentang Gadai ?

  


Basren blog. Gadai ( rahn) adalah menjadikan suatu harta, sebagai jaminan atas suatu utang apabila terdapat halangan dalam pelunasan utang tersebut. Maka harta jaminan tersebut , atau hasil penjualannya, baik sebagian atau seluruhnya, dijadikan sebagai pengganti utang tersebut.
Hukum asal disyari’atkannya gadai adalah firman Allah SWT :
۞وَإِن كُنتُمۡ عَلَىٰ سَفَرٖ وَلَمۡ تَجِدُواْ كَاتِبٗا فَرِهَٰنٞ مَّقۡبُوضَة
“ Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu´amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). “  (QS. Al-Baqarah ayat 283).
Adapun syarat dalam perjalanan sebagaimana yang ditunjukkan dalam ayat diatas adalah keluar dari keumuman yang terjadi, sehingga tidak difahami sebagai keharusan mutlak, (melainkan hanya difahami sebagai salah satu contoh kasus saja). Hal ini karena as-Sunnah menunjukkan di syari’atkannya gadai dalam keadaan hadir (tidak sedang dalam perjalanan), sebagaimana yang diriwayatkan dari ‘Aisyah r.ha, “ Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah membeli makanan dengan berutang dari seorang Yahudi, dan Nabi menggadaikan sebuah baju besi kepadanya. “ (HR. Bukhari (no.2608) Muslim (1603).
HUKUM YANG BERHUBUNGAN DENGAN GADAI (RAHN)
1.    Tidak sah menggadaikan brang yang tidak boleh dijual seperti waqaf dan anjing, karena barang tersebut tidak bisa dugunakan untuk melunasi utang. Tidak boleh pula menggadaikan bbarang yang bukan miliknya sendiri.
2.    Harus tahu kadar, jenis dan sifat (bentuk) barang yang digadaikan.
3.    Penggadai adalah orang yang diperbolehkan mengelola hartanya atau pemilik dari barang gadaian tersebut.
4.    Penggadai tidak dapat mmengelola harta yang digadaikan tanpa izin dari pemegang gadai (untuk biaya perawata). Dan orang yang memegang gadai pun tidak langsung memiliki barang gadai, kecuali atas izin penggadai.
5.    Pemegang gadai tidak boleh memanfaatkan barang gadaian, kecuali hewan tunggangan dan hewan yang diperah maka boleh menungganginya dan memerahnya asalkan menanggung biayanya  (seperti pakan dan biaya lainnya).
6.    Barang gadaian adalah amanat di tangan pemegang gadai. Apabila terjadi kerusakan maka ia tidak diharuskan menanggungnya kecuali ada unsure kesengajaan dari pemegang gadaiyang menyebabkan kerusakan barang gadai. Apabila utang telah jatuh tempo, maka si pengutang wajib segera melunasinya. Jika ia tidak mau, maka hakim dapat memenjarakannya dan menjatuhi hukuman kepadanya hingga ia mau melunasi utang tersebut atau dengan cara menjual barang gadaian dan hasil penjualannya dipakai untuk melunasi utang tersebut.







Rabu, 09 Oktober 2019

Kenapa Riba Dilarang Dalam Islam







Basren Blog. Riba secara bahasa artinya tambahan. Riba menurut syara’ artinya tambahan pada salah satu dari dua penukaran yang sejenis, tanpa ada penggantian pada tambahan tersebut.

Riba hukumnya haram sesuai dengan firman Allah SWT :
  وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلۡبَيۡعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰ
“ Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. “ (QS. Al-Baqarah ayat 275)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَذَرُواْ مَا بَقِيَ مِنَ ٱلرِّبَوٰٓاْ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ  
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. “ (QS. Al-Baqarah ayat 178).

Allah SWT mengancam orang yang bermu’amalah dengan riba dengan ancaman yang sangat berat,  Allah SWT berfirman :
ٱلَّذِينَ يَأۡكُلُونَ ٱلرِّبَوٰاْ لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ ٱلَّذِي يَتَخَبَّطُهُ ٱلشَّيۡطَٰنُ مِنَ ٱلۡمَسِّۚ  “ Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. “ (QS. Al-Baqarah ayat 275).

Maksud dari ayat tersebut adalah mereka tidak dapat bangkit dari kuburnya pada hari kiamat melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan karena (tekanan) penyakit gila. Hal ini disebabkan besarnya perut-perut mereka karena memakan riba ketika di dunia.

Rasulullah SAW menggolongkan riba ke dalam dosa-dosa besar , dan beliau melaknat orang-orang yang melakukan riba dalam keadaan apa pun . “ Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata, “ Rasulullah SAW melaknat  pemakan riba1) , pemberinya, penulisnya dua saksinya. “
Dalam hadits yang lain disebutkan “ Mereka sama (dosanya) “ (HR. Muslim no. 1598).

HIKMAH DIHARAMKANNYA RIBA

Perbuatan riba dapat menimbulkan cinta kelezatan, ketamakan untuk
mendapatkan sesuatu dengan cara yang salah (tidak disyari’atkan), dan dapat
menghalangi rasa belas kasihan terhadap hamba-hamba Allah, karena riba sama dengan merampas harta orang lain. Pengambil riba telah memakan harta manusia, sedang mereka tidak mendapatkan sesuatu pun sebagai gantinya. Yang memungut riba sama saja dengan memperbanyak harta mereka dengan cara merampok orang-orang fakir. Perbuatan riba cenderung menjadikan pelakunya malas, menarik diri dari pergaulan, dan tidak maumelakukan pekerjaan atau usaha yang dibolehkan serta bermanfaat. Riba menjadi penyebab terputusnya kebaikan di antara manusia (misalnya hilangnya tolong-menolong di antara mereka) dan menutup pintu qardhul hasan (bentuk pinjaman tanpa bunga) di antara mereka. Sistem riba menjadikan segolongan dari pelakunya sewenang-wenang terhadap harta rakyat dan dapat menguasai perekonomiian suatu negara dan itu termasuk perbuatan maksiat yang besar kepada Allah SWT. Apabila harta pemakan riba bertambah, maka Allah akan menghilangkan keberkahannya, seperti dalam firmannya :
يَمۡحَقُ ٱللَّهُ ٱلرِّبَوٰاْ وَيُرۡبِي ٱلصَّدَقَٰتِۗ  
“ Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. “ (QS. Al-Baqarah ayat 276).

PEMBAGIAN RIBA
Menurut jumhur ulama fiqh bahwa riba terbagi kepada tiga yaitu :
a.    Riba Fadhl
Riba fadhl artinya terjadinya kelebihan pada salah satu barang riba yang sejenis.
Contohnya : Seseorang membeli 1000 sha’ gandum dari orang lain dengan gandum 1.200 sha’, kedunya saling mmenerima barang tersebut dengan tukar menukar dalam tempat akad. Maka ini termasuk tambahan, yaitu 200 sha’ gandum, tak ada ganti untuknya, itumerupakan kelebihan

Hukum riba fadhl ini adalah haram dalam enam hal, yaitu : emas, perak, gandum,jewawut, kurma dan garam. Apabila ada seseorang menjual salah satu dari enam hal tersebut, maka haram baginya untuk menambah atau melebihi. Sesuai hadits dari Abu Sa’id al-Khudri ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “ Penjual emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir (jewawut) dengan sya’ir (jewawut), kurma dengan kurma, garam dengan garam, haarus dilakukan secara sama (dalam timbangan atau takaran) dan langsung diserah terimakan (kontan). Barang siapa menambah-nambah atau minta ditambah maka ia telah melakukan riba, baik yang mengambil tambahan atau yang memberikan tambahan hukumnya sama. (HR.Riwayat Bukhari (no.2176,2175), Muslim (no.1584) dan lafazh ini milik Muslim).

Diqiaskan dengan enam barang ini adalah barang-barang yang sama illatnya (alasannya) dengan enam barang ini, sehingga barang-barang tersebut haram juga jika ada kelebihan pada salah satunya. Illat diharamkan riba fadhl adalah “ bisa ditakar “ atau “bisa ditimbang”, maka haram untuk member tambahan pada jual beli komoditi yang ditakar dan ditimbang.

b.   Riba an-Nasii-ah
Riba an-Nasii-ah adalah tambahan pada salah satu dari dua jenis barang riba yang dipertukarkan, dan pertukaran tersebut tidak tunai, yaitu penyerahan atau penerimaan barang tersebut diakhirkan, sedangkan kedua jenis barang yang dipertukarkan itu memiliki illat yang sama, yang diterangkan dalam riba al-fadhl. Dan disini ditegaskan bahwa tukar menukar tersebut tidak tunai.
[ Keterangan : Illat yang sama, seperti emas dengan parak, karena sama-sama sebagai alat tukar. Atau kurma, gandum, sya’ir dan garam, illatnya sama, yaitu sama-sama bahan makanan pokok dan tahan lama. Contoh riba an-Nasii-ah : menukar 1 gram emas dengan 15 gram perak secara tidak tunai].

Misalnya : Seseorang menjual 100 sha’ gandum dengan 200 sha’ gandum yang akan dibayar setelah berlalu masa satu tahun. Maka tambahan (sebesar 100 sha’)  dianggap sebagai imbalan dari waktu yang berlalu salama satu tahun. Atau seseorang mmenjual 1 kg gandum kualitas rendah dengan 1 kg gandum kualitas bagus. Namun keduanya tidak melakukan serah terima.

Hukumnya adalah haram, karena sesuai dengan ketentuan dalam al-Qur’an dan juga  hadits bahwa riba diharamkan dan mendapat ancaman bagi pelakunya.  Akad semacam ini termasuk riba dan telah diketahui sejak zaman Jahiliyah dahulu, sekarang akad seperti ini biasanya diterapkan di bank-bank.

Dari Abu Sa’id al-Khudri r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda setelah Beliau SAW menyebutkan emas dan perak, “ Janganlah kalian menjual (emas dan perak) yang tidak ditempat dengan yang ada di tempat. “

Dan dalam lafazh yang lain :
“ Selama dilakukan dengan dengan tunai dan terjadi serah terima pada saat akad, maka hal ini tidak mengapa. Namun ketika terjadi penagguhan waktu serah terima, maka hal ini termasuk riba. “ (HR. Muslim no. 1589).

CONTOH KASUS RIBA
Ada beberapa kaidah yang akan dijelaskan agar kita bisa mengetahui mana saja persoalan yang menyangkut riba dan mana saja perkara yang mubah (boleh). Kkaidah tersebut adalah apabila barang ribawiy itu dijual dengan sejenisnya, maka ada 2 syarat yang harus dipenuhi :
1.    Serah terima di tempat akad sebelum berpisah
2.    Sama jenisnya dengan menggunakan ukuran yang disyari’atkan, tanpa melihat kepada bagus atau jeleknya barang, yang ditakar dengan yang ditakar, yang ditimbang dengan yang ditimbang.
Tapi apabila mmenjual barang ribawiy dengan yang bukan sejenis  maka tidak ada syarat untuk penjualannya. Apabila iitu terjadi, maka boleh berpisah sebelum melakukan serah terima.

Berikut beberapa contoh kasus dan hukumnya :
1.    Menjual 100 gram emas dengan 100 gram emas yang ditunda setelah sebulan. Hal ini hukumnya haram karena termasuk riba, karena tidak langsung serah terima di majlis akad.
2.    Membeli 1 kg jewawwut dengan 1 kg gandum adalah boleh karena berbeda jenis, namun disyaratkan langsung serah terima di majlis akad.
3.    Menjual 50 kg gandum dengan seekor kambing adalah boleh secara mutlak, baik adanya serah terima di majlis akad maupun tidak.
4.    Tukar menukar uang dolar, misalnya 100 dolar ditukar dengan 120 dolar. Hal ini tidak boleh.
5.    Meminjamkan 1.000 dolar dengan syarat dikembalikan setelah sebulan atau lebih 1.200 dolar. Hal ini juga tidak  boleh.
6.    Menukar 100 dirham perak dengan 10 junaih emas yang akan dibayarkan setelah berlalu sebeulan . Hal ini tidak boleh, karena harus langsung serah terima pada saat akad.
7.    Jual beli saham bank ribawi juga tidak boleh, karena termasuk menjual uang dengan uang tanpa ada kesamaan dan serah terima.