Basren Blog. Ketika menjadi Khalifah, Sayyidina Umar bin Khattab r.a meminta
kepada Sayyidina Khabbab r.a menceritakan kembali penderitaan yang telah
dialaminya dahulu. Sayyidina Khabbab r.a berkata, “ Lihatlah punggungku ini. “ Begitu sayyidina
Umar melihat punggung Sayyidina Khabbab, lalu beliau mengatakan, “ Belum pernah
kelihat punggung yang luka separah ini. “ Maka Syyidina Khabbab melanjutkan
perkataanya, “ Aku diseret di atas timbunan bara api yang menyala, sehingga
lemak dan darah yang mengalir dari punggungku memadamkan bara api itu. ‘
Khabbab bin Al-Arat digelar dengan Guru Besar Seni
Pengorbanan. Dia adalah termasuk awwalun, oleh karena itu wajar jika
penderitaan yang alaminya sering menimpa dirinya. Salah satu sebab juga dia
adalah seorang budak.
Khabbab adalah tukang pandai besi dengan keahlian membuat
senjata terutama pedang di kota Makkah. Banyak pesanan pedang dan peralatan
perang dari sejumlah orang Quraisy. Pada hari itu sejumlah pemesan
datang untuk mengambil pedang yang dipesannya beberapa hari yang lalu, ternyata
mereka tidak menemukan Khabbab di rumahnya, tetapi meraka dengan sabar duduk
dan menunggu kedatangannya.
Tidak lama kemudian, Khabbab datang dengan muka yang
berseri-seri dan langsung memberi salam dan duduk di dekat mereka.
Salah seorang dari mereka bertanya kepadanya ;” Apakah
pengerjaan pedang-pedang kami telah selesai, wahai Khabbab ? “
Khabbab tidak menghiraukan pertanyaan salah seorang dari
mereka dan selanjutnya dia berkata : “ Sungguh keadaan sangat memandang
menakjubkan ! “, selanjutnya dia bertanya “ Apakah kalian sudah melihatnya ?
Apakah kalian sudah pernah mendengar ucapannya ? “
Mereka saling pandang dan diliputi tanda Tanya dan
keheranan. Maka salah seorang dari mereka pula bertanya dengan suatu muslihat :
“ Apakah kamu sendiri sudah melihatnya, wahai Khabbab ? “
Akhirnya Khabbab mengakui keimannya dengan terus terang dihadapan mereka. Dan
masih dalam keadaan terharu serta kegembiraan jiwa, dia mengatakan : “ Benar,
saya telah melihat dan saya menyaksikan kebenaran terpancar dari dirinya dan
cahaya terang dari tutur katanya. “
Salah seorang dari mereka berteriah :” Siapa dia orang
yang kau katakana itu, wahai budak Ummu Anmar ? “
Dengan tenang dia menjawab : “ Siapa lagi, wahai kaum
arab sahabatku ? siapa lagi di antara kaum kalian yang darinya terpancar
kebenaran dan dari tutur katanya memancarkan cahaya selain dia seorang ? “
Seorang lainnya berteriak, “ Rupanya yang engkau maksud
adalah Muhammad. “
Khabbab pun menganggukan kepala dan seraya berkata, “
Benar, dia adalah utusan Allah kepada kita untuk membebaskan kita dari belenggu
kegelapan menuju terang benderang. “
Setelah mengucapkan kata-kata itu Khabbab pun tidak ingat
lagi, tubuhnya bengkak-bengkak, tulang terasa sakit, darah mengalir membasahi
baju dan tubuhnya. Itulah kali pertama siksaan yang diterimanya.
Mulai saat itu dia mendapat kedudukan yang tinggi di
antara orang-orang yang tersiksa dan teraniaya. Dia tegar menghadapi
kesombongan, keangkuhan, kezaliman dan kegilaan orang-orang Quraisy. Miskin
harta dan tak berdaya, tetapi semangat untuk menghadapi segala penderitaan
karena kerakusan orang-orang Quraisy.
Asy-Sya’bi mengatakan, “ Khabbab menunjukkan
ketabahannya, hinggga tidak sedikit pun hatinya terpengaruh oleh tindakan
biadab orang-orang kafir. Mereka menindihkan batu membara ke punggungnya,
hingga dagingnya terbakar. “
Semua besi yang terdapat di rumah Khabbab dijadikan
belenggu dan rantai besi, kemudian di masukkan kedalam api yang membara
dililitkan ke tubuh dan kedua tagannya.
Disamping itu pula bekas majikkannya diminta bantuannya
oleh orang kafir quraisy untuk turut serta melakukan penyiksaan terhadap
Khabbab dengan mengambil besi yang panas lalu menaruhnya diatas kepala dan
ubun-ubun Khabbab, maka spontan dia menggeliat namun rasa sakitnya tidak
diperlihatkan kepada algojo-algojo tersebut sehingga mereka tidak merasa puas.
Melihat kejadian tersebut diatas, dada Rasulullah SAW
terasa sesak dan pilu. Rasulullah hanya melihat lirih kepada Khabbab yang
disiksa oleh bekas majikannya, Rasulullah hanya dapat memohonkan do’a dengan
mengangkat kedua tanganya seraya berdo’a,
“ Ya Allah, limpahkan pertolongan-Mu kepada Khabbab. “
Selang beberapa hari setelah itu, Allah berkehendak, Ummu
Anmar beserta algojo-algojonya menerima
terbiyah dari Allah yaitu semacam penyakit panas yang aneh dan mengerikan.
Pernah suatu waktu Khabbab dan kawan-kawanya yang turut
serta disiksa, menghadap Rasulullah SAW untuk memohonkan bantuan, Khabbab
menuturkan “ Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memintakan pertolongan bagi
kami ? “
Rasulullah SAW pun duduk, Muka beliau berubah merah, lalu
sabdanya, “ Sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang disiksa, tubuhnya
dikubur hingga sebatas leher ke atas, lalu sebuah gergaji diambil untuk
menggergaji kepalanya. Namun, siksaan demikian itu tidak sedikitpun dapat
memalingkan dari agamanya. Ada pula yang disiksa antara daging dan
tulang-tulangnya dengan sikat besi. Siksaan itu juga tidak dapat menggoyahkan
keimannya. Sungguh, Allah benar-benar akan menyempurnakan urusan ini, hingga
seorang pengembara dapat bepergian dari Sana’a ke Hadramaut, dan tidak da yang
ditakutkan selain Allah SWT, walaupun serigala berada di antara hewan gembalaannya.
Namun sayang, kalian terburu-buru.
Setelah mendengar sabda dari Rasulullah SAW maka semakin
kuatlah keimana Khabbab dan kawan-kawanya.
Banyak penderitaan yang dialaminya, sehingga derajatnya
semangkin tinggi. Baliau wafat pada tahun 37 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar